Keputusan

14K 1.2K 158
                                    

Halo ... apa kabar?
Semoga sehat dan bahagia selalu ya.

Selamat sabtu malaman, karena bagi jomblo tidak ada malam mingguan. Kwk

Happy reading ....

•••

Setelah mobil berhenti di pelataran, Tari keluar, sedang supir memarkir kendaraan di garasi. Dengan tertatih, ia melangkah menuju teras. Sesekali meringis merasakan sakit di pergelangan kaki kiri. Sial, niat ingin menghabiskan waktu bersama Sela, justru membuatnya tak sengaja terserempet motor ketika hendak menyeberang jalan untuk membeli jajanan kaki lima.

Tadi ia tidak merasakan apapun, tetapi sekarang malah linu dan nyeri sekali. Mengesalkan. Jika saja Sela tidak meminta untuk tetap sabar, pasti pengendara ugal-ugalan itu sudah ia beri pelajaran. Huh, memang dasar sifat calon kakak ipar terlalu lembut, hingga mudah sekali memaafkan orang lain.

Baru saja menginjakkan kaki di depan pintu, gadis jelita itu tersentak saat pintu terbuka dari dalam secara tiba-tiba, beruntung tidak sampai terjungkal mengingat kondisi kaki yang terasa nyeri. Menyebalkan.

Ya, menyebalkan sebelum dia tahu siapa yang mengejutkannya, karena senyum manis langsung terbit menghiasi wajah begitu mendapati pria berkaus hitam dipadu celana jeans, serta jam tangan warna senada. Keren, tetapi sayang pria di hadapan jarang sekali tersenyum, kaku, dan cuek, tetapi ia sangat mencintainya.

"Ari, kamu di sini? Kenapa nggak--ahk, Ari, lepasin malu kalo diliat Mamah sama Kak Tara!" pekiknya seraya menggerakkan kedua kaki, agar terlepas dari gendongan kekasih yang tiba-tiba mengangkat tubuhnya.

"Mereka tidak ada."

Alih-alih menurut, Arian malah berjalan masuk menuju ruang tamu lalu merebahkan tubuh Tari di sofa panjang, membuat gadis itu merasa malu hingga menutupi wajah menggunakan telapak tangan saat melihat ada orang lain duduk di sofa tunggal, tersenyum, sembari melambaikan tangan menyapa.

"Ari, kenapa ada dia di sini?"

"Dia pindai mengurut," jawab Arian tenang.

Tari tersenyum kaku, tidak yakin pria di sebrang sana bisa menyembuhkan kakinya yang terkilir. Tampang macam playboy, penampilan urakan, dan senyum jenaka itu benar-benar menambah kesan meragukan, jika pria itu bisa mengurut. Ayolah ... siapa yang tidak mengenal dua sekawan pembuat kerusuhan? Jika Gavin saja menyebalkan, apalagi sahabatnya.

Eh, tapi dari mana sang kekasih tahu kalau kakinya terkilir?

"Um, Ari, dari mana kamu tau kaki aku keseleo?" Mendongak menatap wajah tampan pria yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

"Feeling." Jawaban yang sangat singkat, padat, tidak meyakinkan, dan terdengar menyebalkan di telinga membuat Tari merotasikan bola mata malas, kemudian memilih duduk bersandar pada tepian sofa dengan kaki diluruskan.

"Nggak mungkin!"

"Memang."

Gadis berambut panjang bergelombang itu berdecak. "Ngeselin banget jadi cowok, ditanya serius juga!"

Zainal hanya bisa menghela napas, meratapi nasib yang membuat hati menjadi iri dengki akibat selalu melihat keromantisan para pasangan di depan mata. Terkadang Devano-Alana, Zain-Alice, Tara-Sela, Gavin-Silvi, lalu yang terakhir Arian dan Tari. Huh, siapa pun tolong doakan agar ia segera dipertemukan dengan gadis yang tepat, untuk mewarnai sisa hidup yang saat ini tampak kelabu.

Bayangkan, niat awal ingin mencukur rambut harus gagal setelah mendapatkan telpon dari Arian yang memintanya datang ke kediaman keluarga Tara. Kenapa tidak menolak? Kalian tentu tahu apa yang paling ditakuti olehnya dan Gavin. Ya, Alice, Zain, dan Arian. Mereka bertiga akan terlihat bagai singa yang hendak menerkam mangsa, saat tengah melakukan tugas menjadi pengawal keluarga Devano.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang