Butuh Waktu

15.8K 1.4K 341
                                    

Hai ... lagi pada ngapain, nih?

Maaf ya, Up-nya lumayan lama ... semoga nggak lupa ya sama ceritanya. Hehe

Udah siap belum liat Dua sekawan beraksi?🤧😂

Happy reading ....

•••

"Surprise ...!"

Seketika tubuh Devano langsung menegang, matanya tertutup dengan napas memburu, saat seember air bercampur tepung dan telur tiba-tiba mengguyur tubuh tepat saat pintu rumahnya terbuka. Menghela napas panjang, ia menatap tajam dua sekawan yang cekikikan beberapa meter di depannya. Sungguh, kelakuan Gavin dan Zainal selalu saja membuat emosi meluap sampai ubun-ubun, tetapi berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri agar tidak kehilangan kendali. Lihat, sekarang dirinya harus mandi lebih lama, karena tubuhnya sangat lengket dan bau amis. Menyebalkan.

"Happy anniversary ...!"

Dua sekawan itu bertepuk tangan, berlari memeluk pria yang tersenyum haru, bahagia mendapatkan kejutan tak terduga. Bahkan saking senangnya sampai menitikkan air mata, dan pasrah saat digiring masuk ke dalam rumah untuk memotong kue yang telah disiapkan.

"Kita yakin, Mang Asep, pasti nggak nyangka kalo bakalan dikasih kejutan, kan?" tebak Gavin, yang diangguki oleh Asep.

"Iya lah, soalnya kita emang udah ngerencanain ini dengan baik, biar jadi surprise paling mengesankan, karena Mang Asep udah kerja di sini selama lima tahun. Hihi," tambah Zainal.

CEO muda itu mendengkus sebal dengan bibir mencebik, serta tangan terkepal kuat. Rasanya, ia ingin sekali memaki sambil menampol wajah tengil Gavin dan Zainal, karena sudah mengerjainya. Padahal yang diberi kejutan adalah Asep—supirnya. Lihatlah, sekarang mereka justru asik memotong kue seraya bernyanyi bersama, seolah tak melakukan kesalahan. Laknat memang.

"Ogh! Kak Dev, ngapain masih di situ? Kenapa nggak langsung mandi? Ewh ... jo-rok," celoteh Gavin. Berpura-pura menutup hidung, sembari bergidik jijik melihat penampilan kakak sepupunya.

"Iya, ngapain masih di situ, Kak? Kaya nggak ada kerjaan lain aja. Iya 'kan, Vin?" imbuh Zainal, yang disambut anggukan kepala oleh sang sahabat.

"Lihat saja nanti," geram Devano penuh penekanan, mengusap wajahnya kasar, kemudian berlalu pergi untuk membersihkan diri.

"Iya, Kak, kita bakalan tetep di sini kok. Santuy aja!" sahut Gavin, diakhiri kekehan geli.

Sepeninggalan sang kakak, perlahan tawanya memudar, digantikan oleh senyuman tipis. Sebenarnya, dia, Zainal, dan Asep sengaja mengerjai Devano, karena ingin membuat sang kakak sejenak melupakan permasalahan yang terjadi. Lebih baik, mereka dihukum dan diomeli habis-habisan, daripada harus melihat pria itu murung, serta menjadi semakin dingin seolah tak tersentuh sinar matahari.

•••

Alana masih terisak dipelukan Silvi, sedangkan Desi bersila seraya menatapnya iba. Sudah berhari-hari ia terus menangis, membuat kedua sahabatnya tidak tenang hingga harus menginap untuk menemaninya. Silvi dan Desi juga merasa kecewa dengan sikapnya pada Devano, tetapi tidak sampai mencibir seperti orang-orang di luar sana.

"Udah, Al ... nangis itu nggak akan nyelesain masalah, yang ada mata lo malah bengkak," ceplos Desi memberi nasihat.

"Iya, lagian kamu juga pernah ngasih nasihat pas aku sama Gavin berantem. Beri dia waktu, nanti kalo amarahnya udah hilang, pasti bakal balik lagi kaya dulu," tutur Silvi, seraya mengusap lengan sang sahabat.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang