Kata Hati

16.5K 1.7K 456
                                    

Halo ... apa kabar?
Ada yang nungguin, nggak nih? Hehe

Yuk, sebelum baca ceritanya tekan tanda bintang dulu.😁😁

Happy reading ....

•••

Berkali-kali Silvi menghela napas panjang, guna menghilangkan rasa gugup dalam diri. Dari kejauhan, netranya menatap lekat pria yang tengah bersenda gurau bersama rekan kerja yang lain. Tangan dinginnya meremas sisi rok yang ia kenakan, kemudian memantapkan hati untuk melangkah menghampiri lelaki berseragam office boy itu.

"Gav--"

"BANTET, KAKAK GUE LO APAIN?!"

Pria jangkung itu berlari melewati Silvi, menghampiri Devano dan Alana yang berjalan menuju pintu utama.

Zainal menepuk pelan bahu gadis bersurai pendek di sampingnya, lalu tersenyum tipis kala pandangan mereka bertemu.

"Sabar ya, jangan diambil hati. Gavin butuh waktu buat maafin lo," ujarnya lembut.

"Kamu udah tau?" tanya Silvi, yang disambut anggukan oleh Zainal.

"Gavin udah cerita semuanya. Lo tenang aja, dia itu tipe cowok yang sulit jatuh cinta. Nanti juga kalo udah nggak marah, pasti dia jadi bucin lo lagi. Hehe."

Gadis itu mengembuskan napas berat, lalu mengangguk pelan. Ya, ini memang salahnya yang tidak mempercayai Gavin, hingga membuat pria itu merasa sangat kecewa. Dan entah mengapa, dadanya terasa begitu sesak melihat sang pujaan hati bisa tertawa lepas di depan Alana.

"Lo smackdown ya pasti, makanya Kak Dev jadi encok?!" Gavin menatap Alana penuh selidik, sedangkan yang ditatap memutar bola mata malas. "Gila, tega banget lo, Ban-tet!"

"Ish, apaan sih?! Orang Pak Dev jatuh dari kursi. Lagian, kalo aku bisa ngalahin Pak Dev, bukan cuma pinggangnya aja yang sakit. Tapi wajahnya juga bakal aku cakar-cakar, sampe muka songongnya nggak keliatan lagi!" sahut Alana.

"Woah, jahat banget lo, Tet!" Playboy itu mengalihkan pandangan pada sang kakak, kemudian mendongak menatap langit-langit seraya menghela napas berat. Mendramatisir keadaan.

"Kalo, Kak Dev, encok terus gimana pekerjaan kita nanti malem? Aku nggak mau keliling ya, maunya jagain lilin aja," celotehnya.

Devano mengangkat tangan kirinya, hendak melayangkan pukulan pada Gavin. Namun, ia urungkan saat adik laknatnya itu tersenyum lebar, seraya menggerakkan jari telunjuknya.

"Eits, nggak boleh mukul ... atau--"

"Diam!" sentak Devano geram.

Gavin mengangguk, menampakkan wajah sok imutnya. "Oke, yang imut ngalah."

CEO muda itu mengalihkan pandangan pada Alana, membuat gadis itu mengerutkan dahi heran.

"Ada apa, Pak?"

"Jika kamu masih berpikiran untuk mencakar wajah saya, maka hukuman kamu akan bertambah dua kali lipat," ancam Devano.

Glek.

Dengan susah payah Alana menelan saliva yang terasa pahit. Napasnya langsung tercekat, tepat setelah mendengar ucapan pria di sampingnya itu. Bukannya berterima kasih karena sudah dibantu, Devano malah mengancam akan memberikan hukuman tambahan padanya. Menyebalkan.

"I-iya, Pak." Lebih baik mengiyakan, daripada menerima hukuman tambahan.

"Lah, lo takut sama ancaman Kak Dev, Tet?" tanya Gavin.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang