Belum Terlambat

17.1K 1.4K 408
                                    

Hai ... apa kabar?

Jangan lupa sarapan ya, karena untuk menghadapi kenyataan itu butuh tenaga. Hihi✌️🤪

Kuy lah langsung baca ajah, happy reading ....

•••



Calon💕

[Di mana?]

[Tadi aku ke rumah, tapi nggak ada siapa-siapa. Jadi langsung mampir ke toko, ketemu Ibu. Hehe.]

[Kamu pergi nggak izin sama Ibu ya? Beliau taunya kamu ada di rumah. Kebiasaan, suka bikin khawatir.]

[Sibuk, nggak? Rencananya, nanti malam mau ngajak kamu sama Ibu, buat ketemu Mama, sekalian dateng ke pesta ulang tahun ibunya Kiano. Mama pasti senang pas tau kalau kamu calon mantunya. Hehe.]

[Kayanya kamu sibuk. Ya udah, lain kali aja kita ketemu sama Mama. Ini juga udah hampir maghrib. Satu lagi, jangan pulang terlalu malam. Nanti Ibu khawatir.]

Air sebening embun mengalir membasahi pipi, berulang kali Alana memukul dada, guna menghilangkan rasa yang amat sangat menyesakkan. Hati pun kian berdenyut nyeri seakan diremas dengan kuat, saat membaca pesan dari Devano. Bahkan calon suami juga melakukan panggilan telepon sebanyak sepuluh kali, tetapi tidak ada satupun yang ia terima. Bodoh. Ya, dirinya memang sangat bodoh, sudah terus-menerus melukai perasaan lelaki sebaik Devano.

Hanya karena tidak mau diganggu oleh Gavin yang meminta rekomendasi drama, gadis itu sengaja mengubah panggilan masuk di ponsel jadi mode diam. Dan sekarang semua sudah terlambat, ia membaca pesan manis dari Devano, disaat hati pria itu sudah terlanjur hancur akibat sikap dan perilakunya. Menyesakkan.

Mungkin, jika dia yang ada di posisi sang pujaan, pasti akan memutuskan hubungan karena merasa dikhianati. Ya, batin siapa yang tidak terluka ketika melihat pasangannya bersama orang lain? Dulu saja, dirinya meminta putus hanya karena melihat Devano duduk bersama perempuan lain. Jadi, apapun keputusan yang akan diambil oleh calon suami, ia harus menerima dengan lapang dada. Harus, karena semua yang terjadi akibat kebodohan sendiri.

Sepanjang perjalanan, Alana terus menunduk, derai air mata terus mengalir membasahi pipi. Lihat. Bahkan saat tengah patah hati pun, Devano masih sempat meminta supir untuk mengantarnya pulang dengan selamat. Jika sudah seperti ini, mampukah ia kehilangan pria berhati malaikat seperti Devano?

Maaf ... selalu ngecewain kamu.

•••

Tari melangkah keluar meninggalkan pesta, dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi. Hatinya terasa perih bagai tersayat belati, ketika mengingat sang ayah yang hendak melayangkan tamparan, jika saja Devano tidak menahan di waktu yang tepat.

Sebenarnya, sudah berulang kali ia mendapatkan tamparan dari sang ayah, tetapi tindakan Handoko malam ini benar-benar membuat rasa perih menyayat hatinya. Bagaimana bisa, seorang pria yang seharusnya menjadi pelindung justru bermain tangan di depan umum? Kejam sekali.

Ia baru menyadari, jika sikapnya terhadap Alana sangat keterlaluan. Dulu, dirinya selalu tertawa di atas penderitaan gadis itu, bahkan tak jarang memanasi dengan cara bermanja-manja pada Handoko.

Namun setelah kejadian tadi, ia seolah ikut merasakan sakit yang pernah dialami Alana. Dan dirinya lah yang berada di balik semua penderita gadis malang itu. Sungguh, dia benar-benar menyesal telah melakukan hal yang sangat jahat.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang