Bimbang

30.4K 2.2K 159
                                    

Semua pelayan menundukkan kepala sopan, saat Kiano dan Alana berjalan masuk ke dalam salah satu restoran bintang lima yang ada di kotanya.

Malam ini, panampilan pria itu terlihat berbeda dari biasanya. Ia lebih tampan dan berwibawa, dengan mengenakan kemeja putih yang dipadu jas, serta dasi warna abu-abu.

Alana pun tampak anggun, dengan mengenakan dress putih selutut dipadu high heels warna hitam. Surai hitam nan panjang itu dibiarkan tergerai, dengan jepitan pita di sisi kanan yang membuatnya terlihat semakin cantik.

Sesaat gadis itu tertegun melihat restoran mewah bernuansa modern yang didominasi warna putih dan gold dari lampu kristal, serta tumblr yang terdapat di beberapa sudut ruangan.

Dua pelayan pria segera menarik kursi. Mempersilahkan Alana dan Kiano untuk duduk.

Pria itu langsung duduk di kursi, tanpa ragu. Dan tetap menunjukkan senyum tipis di bibirnya. "Silahkan duduk, Al," ujarnya lembut.

"I-iya." Dengan ragu-ragu, Alana mendudukkan diri di kursi yang ada di depan Kiano.

Jujur saja, ia tidak pernah diperlakukan seperti ini, hingga membuatnya merasa sedikit canggung dan aneh. Apalagi, beberapa pelayan wanita yang sedari tadi menatap penuh kebencian, semakin membuat dirinya merasa tidak nyaman.

Sejenak memejamkan mata sembari menghela napas panjang, guna menghilangkan rasa tidak nyaman dalam diri. Kemudian kembali membuka mata, lalu tersenyum semanis mungkin pada beberapa pelayan wanita yang berdiri di belakang pria itu. Namun, semua sia-sia karena mereka justru semakin mendelik tajam. Menunjukkan rasa tidak suka padanya.

'Kenapa harus makan di sini, sih? Tempatnya emang bagus dan mewah banget, tapi pelayanan lebih serem dari hantu yang ada di film horor. Hiks.'

Netranya beralih menatap beberapa pelayan yang berjalan mendekati meja, lalu meletakkan makanan dan minuman yang begitu menggugah selera. Aroma harumnya langsung terhirup oleh hidung, membuat cacing di dalam perut bersuara. Tak sabar untuk menyantap hidangan lezat itu.

Tak mau menunggu lama, Alana langsung meraih garpu dan pisau untuk memotong steak daging sapi yang sudah tersaji di hadapannya. Sedangkan Kiano memilih untuk menyantap spaghetti yang tersaji dalam porsi kecil, tetapi kelihatan begitu mewah.

Pria itu terkekeh kecil, melihat Alana memotong steak dengan sangat kasar, seakan mengerahkan seluruh tenaganya. Sadis sekali.

"Al," ujarnya lembut.

"Iya." Gadis itu menghentikan kegiatannya, mendongak menatap wajah tampan milik Kiano. "Loh, loh, loh, kok diambil sih?"

Ia mengerutkan dahi, seraya memanyunkan bibir saat pria itu merebut pisau dan garpu dari tangannya. Tak hanya itu, steak miliknya juga berpindah tempat dalam sekejap.

"Kalo motong daging itu pake perasaan, Al. Biar cantiknya, nambah," canda Kiano, lalu kembali meletakkan garpu, dan piring berisi steak yang sudah dipotong menjadi beberapa bagian di depan Alana.

Gadis itu tersenyum kikuk. Pipinya berubah menjadi merah bak udang rebus, merasa malu sekaligus senang karena Kiano begitu romantis dari dugaannya. Dulu ia berpikir bahwa pria itu lebih dingin dari Devano, tetapi nyatanya justru terlihat sangat perhatian dan romantis.

Kiano menghela napas, lalu kembali menggelengkan kepala. Melihat tingkah Alana yang kekanakan dan sulit untuk ditebak. Ia mengambil potongan daging menggunakan garpu, kemudian menyodorkannya tepat di depan bibir gadis itu.

"Ayo makan, Al. Lo nggak akan kenyang, kalo ngelamun terus."

"Eh, i-iya."

Alana langsung melahap makanan dari tangan Kiano, dengan perasaan bahagia. Hatinya berdesir hangat, menerima perlakuan manis dan romantis seperti sekarang ini.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang