"Saya mau, kamu cari tahu semua tentang sekretarisnya Devano. mulai dari keluarga, tempat tinggal, dan siapa aja orang-orang terdekatnya," titah Tari.
Pria bertubuh tinggi dan berotot, dengan pakaian serba hitam yang berdiri di hadapan gadis itu langsung mengangguk paham. Ia menerima sejumlah uang dan satu lembar foto seorang gadis, yang diduga adalah Alana—sekretarisnya Devano.
"Saya akan bayar sisanya, setelah kamu berhasil mengerjakan tugas ini."
"Baik, Nona. Tapi, jika Pak Dev tahu ... maka saya pasti akan--"
"Ck, dia nggak akan tau! Jadi, kamu tenang aja," sahut Tari.
"Baik, Nona." Pria itu menundukkan kepala sopan, lalu melangkah pergi.
Tari melipat kedua tangan di dada. Seringai licik mengembang di bibirnya. Ia akan benar-benar membenci Alana, jika gadis itu memang memiliki hubungan spesial dengan Devano.
Pasalnya, baru sekarang dia melihat Devano memegang tangan seorang gadis. Dan itu adalah Alana—sekretarisnya sendiri.
Lagi pula, selama ini yang ia tahu CEO muda itu selalu memilih sekretaris pria daripada wanita. Meski beberapa kali mempekerjakan sekretaris wanita, tetapi hal itu tidak bertahan lama. Karena tidak ada wanita yang sanggup menghadapi kemarahan Devano, saat mereka melakukan kesalahan.
Namun, dirinya benar-benar melihat seperti ada percikan api cinta yang menyala dari sorot mata pria itu untuk Alana. Meskipun mungkin tidak ada yang menyadarinya.
Itulah mengapa, ia akan berusaha keras untuk menghancurkan siapapun yang mendekati Devano. Termasuk Alana.
"A-lana ... gue bakalan hancurin hidup lo, kalo semua dugaan gue bener-bener terjadi," ujarnya bermonolog.
_
Satu minggu kemudian ....
Setelah memarkirkan mobilnya, Tari berjalan memasuki sebuah cafe untuk menemui orang suruhannya. Sejenak menghentikan langkah, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan bernuansa modern, dengan cat biru langit, kursi dan meja warna putih, serta vas berisi bunga mawar merah di atasnya.
Setelah itu, kembali berjalan menghampiri seorang pria yang duduk seorang diri di tengah-tengah banyaknya pengunjung. Ia menarik kursi yang menempel pada meja, lalu mendudukinya.
"Gimana? Kamu sudah mendapatkan semua yang saya inginkan?" tanyanya, tanpa basa-basi.
Pria itu tersenyum lebar. "Justru, saya mendapatkan informasi yang sangat menarik, Nona."
"Apa?" tanya Tari, penasaran.
"Lihat saja ini, Nona."
Pria itu menyodorkan amplop coklat tepat di depan Tari. Dengan cepat gadis itu menerima dan membukanya, karena rasa penasaran yang sudah sampai di ubun-ubun.
Tari terbelalak, melihat selembar foto berisikan potret romantis Alana dan Devano. Di mana dalam foto itu, Devano berdiri dengan tangan memeluk bahu Alana. Keduanya terlihat sangat bahagia, dengan senyum lebar di bibir masing-masing.
"Je-laskan maksud dari foto ini!"
Ia mengeram kesal, sambil meremas foto yang ada di genggamannya. Wajah cantiknya berubah menjadi merah padam, dengan napas tersengal. Sehingga membuat dada terasa sangat sesak. Terbakar api cemburu.
"Setelah saya telusuri, ternyata Pak Devano dan Nona Alana dulunya pernah menjalin hubungan sebagai kekasih. Tapi, hubungan mereka sudah kandas sejak lima tahun lalu."
"Ck, pantas saja Devano selalu bersikap baik pada gadis itu. Ternyata, mereka pernah ber-pacaran!" sahut Tari.
Pria itu mengangguk. "Tapi, ini hanya informasi biasa, Nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]
RomansaMantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disaat itulah seseorang mulai mengubur dalam-dalam semua kenangan indah yang pernah dilewati bersama pas...