Sakit tak berdarah

31.5K 1.9K 297
                                    

"Jika mencintai secara diam-diam, maka cemburu pun tidak bisa diungkapkan." -Devano Kenza Pratama-

___🍂🍂🍂___

Saat tengah asik menonton drama Korea favoritnya, Alana merasa terusik dan menoleh ke arah pintu karena mendengar langkah kaki seseorang dari luar sana. Bibirnya melengkung membentuk senyuman, kala melihat seseorang yang masuk ke dalam ruang rawatnya adalah Kiano. Pria itu terlihat sangat tampan dan keren, dengan mengenakan kaos hitam, dipadu jaket jeans warna abu-abu. Siapa pun yang melihatnya pasti tidak akan bisa berpaling, meski untuk sesaat. Terpana.

"Kok belum tidur?" tanya Kiano, saat sudah berdiri di samping brankar.

"Hehehe. Nggak bisa tidur, jadinya nonton drakor dulu." Alana tersenyum kikuk.

Kiano menghela napas, lalu melepaskan earphone dan mengambil IPad yang ada di tangan gadis itu. Sebelum meletakkan kedua benda tersebut di atas nakas, senyum tipis mengembang di bibirnya saat melihat gambar Lee Min-ho—aktor terkenal asal Korea Selatan, yang terpasang sebagai wallpaper pada layar IPad milik Alana.

"Jangan keseringan liat Lee Min-ho," ujarnya datar.

Alana mengerutkan dahi, menatap lekat wajah tampan milik Kiano yang juga tengah menatapnya dengan datar. "Ke-napa?"

Pria itu menghela napas. Membungkukkan tubuh dengan kedua tangan bertumpu pada tepi brankar, agar sejajar dengan Alana yang tengah duduk di sana. Netranya mengamati setiap inci wajah gadis yang memiliki bola mata berwarna coklat, hidung mancung, bibir mungil, serta kulit putih tanpa polesan make up yang semakin membuatnya terlihat cantik alami.

Alana mulai memejamkan mata, ketika Kiano semakin mendekatkan wajah ke arahnya, hingga deru napas pria itu dapat terdengar jelas di telinga. Degup jantung berpacu dua kali lebih cepat, bersamaan dengan rasa gugup yang menjalar ke seluruh tubuh. Sungguh, apapun yang dilakukan pria tampan berhidung mancung itu selalu saja mampu membuat hatinya berdesir hangat.

"Gue cemburu." Kiano berbisik tepat di telinga Alana, hingga membuat gadis berambut hitam panjang itu langsung membuka mata, dengan pipi bersemu merah. Ia membenarkan posisi seperti semula, lalu mendudukkan diri di kursi yang berada di samping brankar.

"Cemburu itu ... tandanya--"

"Cinta," potong Kiano.

Alana menundukkan kepala, tak mau pujaan hatinya melihat wajahnya yang sekarang memerah bak udang rebus itu. Jutaan bunga seakan bermekaran di dalam hati, setelah mendengar pernyataan yang terucap dari bibir Kiano. Kini ia semakin yakin dan berusaha meneguhkan hatinya hanya untuk satu pria saja, yaitu masa depan yang saat ini tengah ada di dekatnya. Kiano.

"Al." Pria itu kembali mengeluarkan suara.

"I-iya."

Kiano menggenggam erat telapak tangan kanan Alana. Sekilas mengecupnya, lalu menatap lekat wajah cantik gadis itu. "Gue cemburunya nggak cuma sama Lee Min-ho aja loh, tapi sama Devano juga," ujarnya.

Alana menatap lekat manik mata berwarna hitam milik pria itu, sampai bayangnya terlihat samar-samar di sana. Entah mengapa, setelah mendengar pernyataan Kiano, hatinya kembali bedesir perih seolah merasakan sakit yang ada di dalam hati pria itu.

"Aku sama Pak Dev nggak ada hubungan apa-apa kok, cuma sebatas karyawan dan bos aja. Bahkan, Pak Dev juga sering ngingetin aku tentang hal itu."

"Gue boleh minta sesuatu nggak?" tanya Kiano.

"Apa?" Gadis itu balik bertanya.

"Hilangin sikap konyol, ceroboh, dan kekanakan yang ada di diri lo. Jujur, gue nggak suka sama sikap lo yang kaya gitu, Al." Kiano mengeratkan genggaman tangannya, seolah tak mau gadis di hadapannya itu salah paham tentang maksud dari permintaannya. "Gue suka cewek yang kalem dan anggun, Al. Lo bisa kan hilangin sikap yang gue nggak suka?"

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang