"Pak ...." Ia menggantungkan ucapannya, dengan bola mata membulat sempurna. "Si-apa ya?"
Alana terdiam mematung, saat melihat dua pria tampan berdiri tepat di hadapannya. Namun, penampilan keduanya jauh dari kesan rapi, dan justru lebih mirip seperti preman dengan celana robek-robek, jaket jeans, kalung rantai, serta beberapa tindik di telinga. Meskipun demikian, ia tetap terpesona akan ketampanan mereka, terutama pada pria yang menunjukkan raut wajah datar tanpa ekspresi apapun.
Sempurna. Itulah kata yang ada dalam benak gadis itu, saat menatap lekat wajah pria yang menurutnya sangat dingin dan tampan dengan tatapan teduh, hidung bangir, serta bibir kemerahan bak aktor Korea Selatan, Cha Eun Woo.
"Oy, cewek pendek! Minggir-minggir, ngalangin jalan aja lu."
Lamunan Alana buyar dalam sekejap, saat mendengar kata 'Cewek pendek' yang diucapkan oleh pria tampan dengan senyum jenaka di bibirnya. Entahlah siapa namanya, tetapi yang jelas pria itu tidak masuk dalam kriteria idaman karena memiliki sifat yang sama seperti Devano, yaitu suka berbicara sembarangan.
"Aku nggak pendek ya! Cuma kurang tinggi aja," sahutnya, menurunkan suara pada kalimat terakhir.
"Kok bisa sih, Devano punya Sekretaris Tuyul, kek gini?"
Alana mengeram kesal, sembari mengepalkan tangan menatap tajam pria yang sudah melontarkan pertanyaan aneh, bahkan terdengar seperti ledekan olehnya.
"Kamu jangan sembarang ngomong, ya!"
"Kenapa? Nggak suka?"
"Iya, aku nggak suka! Emangnya kenapa, hah?!"
Pria itu menelan saliva yang terasa pahit lalu mengalihkan pandangan ke arah lain, setelah mendengar teriakkan dan tatapan tajam Alana yang sedikit membuatnya merinding.
Astagfirullah ... galak bener deh, ni cewek. Hih serem!
Ia menghela napas panjang berkali-kali lalu kembali menatap Alana dengan tajam.
"Minggir!" cetusnya, kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Devano, langsung diikuti oleh temannya dan Alana.
"Eh, Tiang Listrik! Jangan duduk di kursinya, Pak Devano, dong ... nggak sopan banget sih!" Alana berteriak, kala pria yang tadi menghinanya duduk di kursi kerja Devano. Namun, bukannya menuruti ucapannya, pria itu justru duduk santai seraya menyandarkan kepalanya di kursi.
"Nama gue, Gavin Reysa Mardani, calon CEO di perusahaan RM Group."
Alana langsung terbatuk, mendengar pernyataan Gavin. Ia terkejut sekaligus bingung, dengan pernyataan yang terucap dari bibir pria itu.
"C-EO?" tanyanya.
"Yup. Suatu hari nanti, gue bakalan gantiin, Kak Devano, karena dia akan pindah ke perusahaan Om David," jawab Gavin santai.
"Kenapa?" Alana kembali bertanya.
"Ya, karena ini perusahaan almarhum papah gue. Dan, Kak Devano hanya mengurus perusahaan ini sampai dia tau kalo gue bener-bener siap jadi CEO," jelas Gavin panjang lebar.
Gadis itu mengangguk. Paham.
"Jadi, RM itu Reysa Mardani, ya?""Betul sekali." Gavin tersenyum manis, seraya mengedipkan sebelah matanya. "Calon Sekretaris yang pintar," pujinya.
Alana mendengus kesal. "Aku nggak mau ya, jadi sekretaris kamu. Kalo jadi sekretarisnya dia, aku baru mau."
Gadis itu tersenyum malu-malu menatap pria tampan yang berdiri, dengan jarak satu meter di depannya. Namun, pria itu tetap diam dan tak menunjukkan ekspresi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]
RomanceMantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disaat itulah seseorang mulai mengubur dalam-dalam semua kenangan indah yang pernah dilewati bersama pas...