Halo ... apa kabar?
Semoga sehat dan bahagia selalu ya 😁
Happy reading ....
•••
"Lepas. Aku bisa jalan sendiri!" ujar Alana cetus.
Begitu keluar dari ruangan CEO, ia langsung menepis tangan Kiano yang sedari tadi memeluk bahunya, kemudian menghentakkan kaki masuk ke dalam lift. Entahlah, setelah melihat respon tak acuh Devano, emosinya meluap-luap tidak jelas. Pun dengan hatinya yang terasa sangat sesak dan panas. Rasanya, dia ingin sekali, menangis, marah, berteriak, dan memaki CEO muda itu untuk meluapkan kekesalan.
Namun apalah daya, hubungan mereka tidak lebih dari sekedar bos dan karyawan, jadi dirinya tak memiliki hak apa pun atas Devano. Menyakitkan. Ya, perasaan yang kini ada dalam hatinya benar-benar membuat dada berdenyut nyeri.
"Jutek banget, sih, jadi makin gemes." Kiano tersenyum tipis, lalu berjalan cepat menyusul sang pujaan hati sebelum pintu lift tertutup. "Senyum dong ... jangan cemberut gitu, ntar gue cium loh," godanya, kala melihat mimik wajah Alana yang ditekuk. Lucu sekali.
"Jangan kepedean deh! Kamu pikir, aku mau gitu, dicium sama kamu? Idih, ogah!" sahut Alana.
"Lo masih marah?"
Beberapa saat suasana menjadi hening. Gadis itu mendongak menatap wajah tampan milik Kiano, kemudian tertawa. Tawa yang terdengar memilukan, dan terkesan dibuat-buat. Setelah itu, dia menghela napas panjang, dan menjawab, "Mau tuker posisi, nggak? Biar kamu bisa ngerasain gimana sakitnya dijadiin pelampiasan sama orang yang kamu suka."
"Al, lo berhak marah sama gue. Tapi jangan lama-lama, nanti gue sedih."
"Bodo amat!"
Pria jangkung itu mengembuskan napas kasar, lalu menyandarkan tubuh seraya bersedekap dada. Hatinya berdenyut nyeri, dengan perubahan sikap Alana yang tiba-tiba menjadi cuek dan tak peduli seperti ini. Sungguh, ia rindu Alana yang manja, kekanakan, ceroboh, dan apa adanya. Namun, entah kapan sikap gadis itu bisa kembali seceria dulu saat bersamanya, karena apa yang sudah ia lakukan memang sangat keterlaluan. Bahkan jika dirinya ada di posisi gadis itu, mungkin dia tidak akan pernah mau bertemu atau memaafkan sama sekali. Jadi, ia merasa lega karena Alana masih mau bertemu dengannya, meski sudah menorehkan banyak luka.
"Nanti, habis makan siang, gue mau ngajak lo ketemu sama seseorang. Mau ya?" ajaknya, lebih terdengar seperti permintaan.
"Males. Aku sibuk."
"Cuma sebentar kok. Mau ya, hm?"
"Oke, lima menit!" putus Alana.
•••
Setelah makan siang, Alana dan Kiano berjalan menyusuri taman. Tempat yang memiliki kenangan tersendiri bagi gadis ayu itu, baik hal indah, maupun sebaliknya. Dulu, ia sering berkunjung kemari bersama Devano, tetapi di tempat ini juga hubungannya kandas menyisakan luka yang mendalam. Ck, kenapa Kiano harus mengajaknya ke sini?
Semua ini benar-benar membuat dada berdenyut nyeri, apalagi saat ini ia menyadari bahwa rasa cinta pada Devano tak pernah hilang sepenuhnya. Justru kian tumbuh, dan dirinya baru sadar akhir-akhir ini. Mengesalkan.
"Kita ngapain, sih, ke sini?!" tanyanya setengah berteriak.
"Nanti juga lo tau," jawab Kiano tenang.
"Tapi kenapa harus di sini?! Kan masih banyak tempat lain!"
"Karena di tempat ini, banyak kenangan lo sama Devano. Makanya, gue ajak lo ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]
RomanceMantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disaat itulah seseorang mulai mengubur dalam-dalam semua kenangan indah yang pernah dilewati bersama pas...