Tuyul dewasa?

23K 2K 348
                                    

"Jangan lakukan hal-hal yang membuatmu tidak nyaman. Cinta itu saling melengkapi, bukan mencari yang sempurna." -Devano Kenza Pratama-

_____

Dua Minggu sudah berlalu, tetapi suasana hati Devano tak kunjung membaik. Baginya, sikap Kiano saat itu sangat keterlaluan. Tidak, ia tidak marah jika sahabatnya itu menuduhnya macam-macam, tetapi dirinya sangat marah karena Kiano membawa nama Alana dan Gavin yang notabenenya adalah, termasuk orang paling penting dalam hidupannya.

Ya, meski kedua orang itu terkadang sangat mengganggunya dengan sikap konyol dan kekanakan, tetapi hal itu mampu membuat hari-hari kelabunya menjadi penuh warna, bagaikan pelangi di langit biru.

Saat ini ia tengah berdiri di dekat jendela kaca perusahaan RM Group, tepat di dalam ruang kerjanya yang tampak rapi dan bersih, dengan pandangan menatap datar kendaraan serta orang-orang yang berlalu-lalang di luar sana. Sejenak menghela napas berat, lalu mengalihkan pandangan pada jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pukul 07.00 pagi.

Namun, Gavin tak kunjung datang membawakan pakaian serta sarapannya. Entah adik sepupunya itu tersesat di mana, hingga tak kunjung datang meski ia sudah menunggu lama.

Kemarin Devano terpaksa tidak pulang ke rumah, karena tugas yang sangat menumpuk. Jadi, ia memutuskan untuk lembur. Sedangkan Alice, wanita itu izin tidak masuk kantor hari ini karena ada sesuatu yang harus diurus. Itulah mengapa, ia menyuruh Gavin untuk datang lebih awal membawakan pakaian dan sarapan, tetapi hal itu justru membuat amarah dalam dirinya kembali bergejolak.

"Ck, kenapa dia belum datang juga? Menyebalkan," gerutunya bermonolog.

_____

Di lantai dasar, Gavin dan Zainal berjalan memasuki gedung RM Group, seraya membawa tote bag berisi pakaian dan bekal untuk Devano. Jika dua sekawan ini sudah bersama, maka dunia serasa milik berdua. Bersenda gurau, tanpa mempedulikan orang-orang yang memperhatikan dengan tatapan kagum sekaligus aneh pada mereka.

"Hadeh, ini semua gara-gara si Arian, jadinya kita telat dateng ke kantor," gerutu Gavin, diiringi dengkusan kesal.

"Gara-gara lo kali, Vin, masukin makanan ke dalam wadah aja pake liat tutorial di YouTube!" sahut Zainal.

"Eh, kalo si Arian nyetirnya nggak lelet kaya siput ... kita pasti udah nyampe sini dari tadi! Emang aneh tu anak satu, kadang galak, pendiem, cuek, nggak suka sama cewek-cewek cantik, malah suka sama Mbak Valak."

"Kenapa lo nggak bilang dari tadi ... pas udah di sini aja, baru marah-marah, ngegas kaya mau balapan, giliran ada Arian langsung kicep. Takut 'kan lo?" celetuk Zainal diiringi kekehan kecil, saat melihat ekspresi wajah Gavin yang cemberut dengan mata mendelik tajam ke arahnya.

"Emangnya, lo berani sama si Arian? Mau lo didatengin Mbak Valak? Cinta sejatinya Arian. Nggak mau kan? Sama, Bro ... gue juga kagak mau. Cukup mantan aja yang selalu menghantui gue, jangan Mbak Valak. Apalagi, si kurcaci Arian tak kiyan-kiyan."

Gavin berbicara panjang lebar sembari bergidik ngeri. Tak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya dihantui oleh bayang-bayang menyeramkan perpaduan antara Arian dan cinta sejatinya, yaitu Valak. Pasti hidupnya yang indah dan manis, bagaikan gulali warna-warni itu akan berubah menjadi gelap dan menakutkan. Sungguh, ia tidak mau itu terjadi.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang