"Sederhana, tetapi mampu mengubah segalanya." -Alana Paramitha-
_______Di dalam lift, Silvi langsung menjauh dari Gavin. Membiarkan pria itu bersandar di sudut dinding, agar tidak mendengar degup jantungnya yang sudah bertalu-talu. Entah mengapa, rasa cintanya pada Gavin masih belum hilang, bahkan setelah dia tahu bahwa orang yang dicintainya itu amat sangat jauh dari kata baik.
"Makasih, Sil, udah mau mapah gue," ujar Gavin tulus.
Selain berterima kasih pada Silvi, ia juga harus berterima kasih pada Devano yang sudah memerintahkan gadis itu untuk membantunya sampai ke lantai dasar. Biarpun saudara sepupunya itu memiliki sikap super dingin dan tegas, tetapi selalu membantunya di waktu yang tepat. Ya, contohnya seperti sekarang ini.
"Jangan GR, ini semua aku lakuin karena disuruh sama Pak Dev!" cetus Silvi.
"Meskipun lo terpaksa, tapi gue tetep seneng kok, bisa berduaan sama lo. Apalagi, liat lo marah-marah kaya gini. Berasa romantis banget, kaya pacaran beneran." Pria jangkung itu tersipu malu.
"Udah deh, nggak usah gombal! Percuma, rayuan receh kaya gitu nggak bakalan mempan bikin aku suka sama kamu."
Bohong. Rayuan yang diucapkan Gavin, justru membuat jantung gadis itu semakin berdegup kencang, hingga membuatnya kesulitan bernapas. Bahkan hanya dengan tatapan, serta senyum tipis saja, sudah mampu meluluhkan hatinya. Ah, menyebalkan. Kenapa prasangkanya tentang Gavin harus benar.
"Gue serius." Pria berginsul itu menatap Silvi lekat. "Gue rela deh, kaki gue sembuhnya lama. Biar bisa dipapah terus sama lo," celotehnya.
"Aku yang nggak rela!"
Gavin tersenyum tipis, dengan rona merah di pipi. Tersipu malu. "Lo khawatir sama gue?" tanyanya percaya diri.
"Ng-nggak .... cuma males aja mapah raksasa kaya kamu! Berat. Kebanyakan dosa!"
Gavin terkikik geli mendengar pernyataan Silvi. Meski jutek, tetapi gadis itu terlihat sangat imut dan menggemaskan di matanya. Ingin sekali ia mencubit pipi chubby-nya, tetapi tidak punya banyak keberanian untuk melakukan hal itu.
"Jarang loh, Sil, ada raksasa ganteng dan imut kaya gue. Cuma ada satu di dunia," candanya diiringi kekehan kecil.
"Satu aja ngerepotin, apalagi banyak," gumam Silvi, memutar bola matanya malas.
"Meskipun sering ngerepotin, tapi gue ganteng loh. Di luar sana banyak cewek yang antre pengen jadi pacar gue." Ya ... meskipun cuma pengen harta gue doang, sih. Lanjutnya dalam hati.
"Percuma ganteng kalo tukang nyakitin!"
"Gue nggak nyakitin kok. Masa cowok baik kaya gue, tega sih nyakitin lo. Nggak mungkin lah."
"Kamu suka minum, 'kan?" Silvi menatap Gavin tajam.
"Iya, suka banget malah. Soalnya--"
"Udah ah, males!"
Gadis itu langsung keluar dari dalam lift, melangkah pergi meninggalkan Gavin yang masih terdiam mematung di tempatnya. Ya, pria itu bingung melihat tingkah Silvi yang berubah-ubah. Bahkan, tidak mau mendengarkan jawaban yang belum selesai ia lontarkan.
"Kalo gue nggak minum, bisa dehidrasi dong. Kenapa dia jadi marah?" tanya Gavin bermonolog.
Setelah itu, berjalan tertatih keluar dari dalam lift, yang langsung disambut oleh tiga gadis berpenampilan nyentrik. Siapa lagi kalau bukan Gisel, Rena, dan Lila, karyawati yang selalu bergosip serta memiliki impian menjadi istri Devano. Ya, semua itu hanya sebatas impian saja, karena Gavin akan berusaha keras untuk menyatukan saudara sepupunya itu dengan Alana. Meskipun harus menjadi sahabat yang paling jahat untuk Kiano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]
RomanceMantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disaat itulah seseorang mulai mengubur dalam-dalam semua kenangan indah yang pernah dilewati bersama pas...