Halo ... apa kabar? Semoga sehat dan bahagia selalu ya😁
Oh iya, di part ini nggak ada penampakan Pak Dev ya ... soalnya, dia lagi rebahan sampai encoknya sembuh. Wkwk
Kalo kangen, chat langsung aja katanya 😂✌️
Jangan lupa vote, komentar, dan krisannya.
Happy reading ....
•••
Berkali-kali gadis cantik bersurai panjang itu menghela napas berat, memperhatikan tiap tetes air hujan yang turuh mengguyur bumi. Sungguh, dia menyesal tidak menerima ajakan sang ayah untuk pulang bersama tadi. Karena ingin menikmati waktu sendirian, setelah sebelumnya berkumpul bersama keluarga besarnya untuk membahas acara pertunangan sang kakak.
Di sinilah dirinya sekarang, berdiri di teras restoran seorang diri seraya merutuki kebodohan yang mendarah daging. Menyebalkan.
"Ck, ini hujan kapan redanya sih?! Dari tadi gue berdiri di sini, udah kaya orang ilang tau nggak?!" gerutunya bermonolog.
"Lebay."
Tari langsung menoleh ke sumber suara, saat mendengar sahutan yang membuat darahnya mendidih. Seketika bola matanya membulat sempurna, terkesiap melihat Arian yang tiba-tiba berdiri di samping kanannya dengan tatapan fokus ke depan.
"L-lo di si-ni?" Bertanya dengan nada gagap.
Arian menoleh, lalu mengangguk pelan. "Hm."
Jika diperhatikan, entah mengapa gadis itu merasa tidak asing melihat tatapan setajam elang milik Arian. Rasanya, dia pernah melihat tatapan itu, tetapi tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
Namun, kala dilihat dari dekat begini harus dirinya akui bahwa pria di hadapannya ini tak kalah tampan dari Devano. Tatapan tajam, hidung bangir, lesung pipi, kumis, serta janggut tipis di dagu. Jika saja Arian murah senyum, dia yakin bahwa akan banyak kaum Hawa yang terpesona pada ketampanannya yang hakiki.
Apalagi, penampilan pria itu tampak semakin gagah saat mengenakan pakaian serba hitam seperti sekarang ini. Meleleh sudah tembok pertahanannya.
"Nggak boleh!" Ia berteriak, sambil menggelengkan kepala berkali-kali. Menepis apa yang baru saja terbesit dalam benaknya.
"Jangan berteriak!" cetus Arian, kembali mengalihkan pandangan ke depan. Malas menatap gadis di sampingnya.
Tari memutar bola mata jengah, kemudian mencebikkan bibir. Kesal.
"Lo itu kenapa sih, selalu ... aja ngikutin gue?! Perasaan, gue udah jarang ngintilin Devano. Heran deh!"
"Ck, terlalu percaya diri," gumam Arian.
"Lo--"
"Arian."
Dua sejoli itu memutar tubuh kebelakang, mendapati gadis berparas ayu yang berjalan menghampiri keduanya seraya tersenyum hangat. Lebih tepatnya, menghampiri Arian.
"Sudah selesai?" Pria bertubuh tinggi itu bertanya, diiringi senyum tipis.
Sialnya, Tari yang tidak sengaja menoleh benar-benar dibuat terpesona, hingga tak mampu berkedip meski untuk sedetik saja. Entahlah, setelah kejadian di salon waktu itu, akal sehatnya mulai hilang, sampai-sampai bisa terpesona pada pria yang paling dibencinya.
"Udah. Ayo pulang." Ucapan gadis cantik itu membuyarkan lamunan Tari, membuatnya mengalihkan pandangan dari Arian.
"Ayo," ajak Arian, sambil membuka payung yang sedari tadi ada di genggaman. Setelah itu, berjalan beriringan dengan gadis itu meninggalkan Tari seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]
Roman d'amourMantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disaat itulah seseorang mulai mengubur dalam-dalam semua kenangan indah yang pernah dilewati bersama pas...