"Berpikirlah dua kali sebelum mengambil keputusan, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari." -Devano Kenza Pratama-🐊🥺
Part ini panjang, semoga nggak bosen. Hihi
Happy reading ....
•••
Bunyi bel dari luar membuat Alana yang tengah bersantai menonton acara televisi beranjak, lalu berjalan untuk membuka pintu utama. Seketika matanya langsung melebar, terkesiap melihat Kiano berdiri di teras rumah dengan wajah babak belur, tetapi masih saja mengulas senyum lebar. Apa tidak merasa sakit?
"Kamu habis berantem?" Ia memutuskan untuk bertanya, daripada dihantui rasa penasaran. Lebay sekali.
"Nih, gue bawain kue buat lo sama Tante Nia." Alih-alih menjawab, Kiano justru mengangsurkan kotak berisi kue pada mantan kekasihnya.
Gadis ayu itu menatap Kiano penuh selidik. Tumben sekali mantannya ini repot-repot membawa bingkisan, jika sudah seperti ini pasti ada maunya. Apalagi, dari tadi senyuman di bibir pria itu tak kunjung pudar, padahal giginya pasti sudah kering terkena angin. Astaga, kenapa jadi berpikiran jelek seperti ini? Ingat, dulu ia pernah jatuh cinta pada lelaki ini.
"Tumben bawa kue, ada maunya ya?"
Kiano mengangguk, sambil menunjukkan cengiran kuda. "Hehehe. Tau aja lo."
"Cuma nebak. Eh, tapi sebelum bahas itu, jawab dulu pertanyaan yang tadi. Kamu kenapa bisa sampe babak belur gitu?" Alana kembali mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan luka memar di wajah Kiano.
"Tadi, sebelum ke sini ...."
Pria itu mulai menceritakan kepada Alana tentang kejadian yang menimpanya sebelum berkunjung ke sini, lebih tepatnya kala ia hendak membeli kue di toko. Saat itu, dirinya hendak masuk ke dalam salah satu toko kue, tetapi langkahnya terhenti ketika mendapati dompet seseorang tiba-tiba jatuh ke lantai. Tentu saja, ia langsung merunduk mengambilnya lalu berbalik mengejar gadis yang mulai jauh.
"Dek, dompet--akh!"
Sial. Belum sempat menyelesaikan ucapan, dia sudah mendapatkan bogeman mentah dari gadis yang tiba-tiba berbalik menghadapnya. Hingga meninggalkan lebam di rahang, akibat pukulan yang begitu kuat. Tak hanya sampai di situ, tetapi gadis itu langsung menerjangnya hingga terjungkal kebelakang dan kembali melayangkan pukulan bertubi-tubi. Hingga orang yang semula berlalu-lalang, kini mengerumuninya.
Rasanya, Kiano ingin sekali membalas setiap pukulan yang dilayangkan, tetapi berusaha untuk menahan diri dengan sekuat tenaga. Bagaimanapun, perempuan seharusnya dilindungi, bukan dikasari.
"Dasar, Om-om, modus! Lo pasti sengaja, kan, ngambil dompet gue ... terus lo balikin lagi, biar dianggep pahlawan?! Ngaku lo!" Gadis itu menyentak, sambil mencengkram kuat kerah jaket orang yang baru saja dipukuli olehnya.
Sungguh, ia tidak menyukai modus para buaya darat yang seperti ini. Apalagi, tampang pria di depannya ini memang sangat tengil dan songong. Bahkan ekpresinya sok tenang menerima bogeman darinya, padahal wajah sudah babak belur. Astaga, kenapa bisa dia sangat membenci orang yang baru ditemui?
Kiano menghela napas panjang, guna menetralisir amarah yang mulai mendominasi. Mendongak, membuat netranya bertemu dengan tatapan setajam elang milik gadis yang masih mencengkram kerah jaketnya. Ketika dilihat dengan seksama, gadis ini hampir mirip dengan Alana, bulu matanya lentik, hidung bangir, pipi tembem, serta bibir mungil kemerahan. Yang membedakan hanya tatapan, dan penampilan saja. Jika mantan kekasihnya tampak feminim, maka gadis ini kebalikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]
RomansaMantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disaat itulah seseorang mulai mengubur dalam-dalam semua kenangan indah yang pernah dilewati bersama pas...