Perasaan sesungguhnya

30.6K 2.1K 216
                                    

"Resiko mencintai secara diam-diam adalah, harus siap patah hati berkali-kali." -Devano Kenza Pratama-

____🍂🍂🍂🍂_____

"Apa kamu masih mencintai Alana?"

Devano menghentikan langkah ketika mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Alice. Sejenak menghela napas panjang, lalu kembali melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit.

Gadis cantik itu menatap nanar punggung pria yang mulai menjauh dari pandangannya.
Entah mengapa, ia semakin yakin bahwa Devano masih mencintai Alana, karena pria itu selalu saja mengkhawatirkan kondisi Alana dibandingkan dengan kondisinya sendiri.

'Kalau kamu masih mencintai Alana, maka aku akan sangat sedih Dev.' Menghela napas berat, kemudian berlalu menyusul Devano.

Tiba di parkiran, ia langsung memasuki mobil sedan warna hitam. Duduk di belakang kemudi, sedang CEO muda itu sudah duduk di sampingnya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku, Dev," ujarnya membuka pembicaraan.

Devano menyandarkan tubuhnya, seraya memejamkan mata guna menghilangkan rasa penat dalam diri. Ia lebih memilih diam, tak menanggapi ucapan Alice.

"Dulu kamu pernah bilang, kalo rasa cinta kamu buat Alana udah hilang sepenuhnya. Tapi, aku liat kamu masih perhatian dan selalu jagain dia." Alice kembali membuka suaranya.

Pria itu menghela napas. "Maaf."

"Apa dia tau, kalo sebenernya kamu nggak selingkuh?"

"Hm."

"Apa kamu udah jelasin apa yang sebenarnya terjadi lima tahun lalu?"

Devano membenarkan posisi duduknya, lalu menggeleng pelan. "Belum."

"Belum?!" Gadis itu mengembuskan napas berat sembari mengacak rambut, frustasi. Netranya menatap lekat wajah tampan milik Devano yang selalu menunjukkan ekspresi datar, dan terkesan dingin itu. "Kenapa, Dev?"

"Kebahagiaannya adalah yang utama," jawab Devano.

Alice yakin, yang dimaksud dengan kata 'Kebahagiaannya' itu ditujukan untuk Alana. "Lalu, kebahagiaan kamu?"

"Aku bahagia, kalau dia bahagia."

Lagi-lagi, jawaban Devano mampu membuat gadis itu kagum sekaligus tak tega. Padahal di luar sana masih banyak gadis yang mengejar pria itu, tetapi pintu hatinya sudah tertutup rapat sejak Alana datang ke dalam hidupnya. 

"Jadi, intinya kamu masih cinta sama Alana?" tanya Alice.

Pria itu menghela napas panjang.  Mengumpulkan berjuta keberanian dalam diri, agar bisa menjawab pertanyaan yang menurutnya sangat sulit untuk dijawab. Sepertinya, ia memang tidak bisa menyembunyikan apapun  dari Alice, karena bodyguard sekaligus sahabatnya itu selalu bisa membaca gelagat dan mimik wajahnya.

Jadi, akan percuma jika dia terus merahasiakan perasaan yang selama ini tersembunyi di ulu hatinya dari Alice. Pasalnya, bukan setahun atau dua tahun mereka berdua saling mengenal, tetapi sudah sejak SMA. Itulah mengapa, mereka sangat dekat dan saling terbuka satu sama lain.

"Iya," jawabnya sungguh-sungguh.

Alice menghela napas berat, lalu menyandarkan tubuh di kursi. Dadanya berdenyut nyeri, seolah ikut merasakan sakit yang dialami oleh Devano. Jujur saja, selama ini ia tahu jika Alana adalah cinta pertama CEO muda itu, tetapi dirinya tidak menyangka jika gadis itu akan menjadi satu-satunya orang yang mengisi hati sahabatnya.

Apakah ini yang dinamakan cinta sejati, tetapi bukankah seharusnya cinta sejati itu melibatkan dua insan yang saling mencintai? Lantas bagaimana dengan Devano yang hanya mencintai secara sepihak? Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang