Pendapat Silvi

39K 2.6K 88
                                    

"Siapa yang romantis, Na?"

Alana terbelalak. Tersentak kaget mendengar suara seseorang dari belakang, seperti pencuri yang tertangkap basah. Setelah itu, memutar tubuh kebelakang.

"Hakh!" Ia langsung mundur satu langkah, sambil membekap mulut menggunakan telapak tangan. Terkejut melihat Silvi, Sela, dan Desi yang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam dan menusuk.

Entah sejak kapan mereka bertiga berada di sana, tetapi hal itu benar-benar membuat Alana salah tingkah. Malu, jika mereka melihat hal romantis yang dilakukan oleh Kiano padanya.

"Ka-lian di sini?" tanyanya sedikit terbata.

"Kita ke sini, mau minta penjelasan dari kamu, Na!" sahut Sela, sambil melipat kedua tangan di dada.

Alana mengerutkan dahi. "Apa kalian bertiga liat--"

"Iya, kita udah liat semuanya! Aku bener-bener kecewa sama kamu, Na." Desi memotong ucapan Alana.

"Gini, aku bisa jelasin semuanya," ujar Alana.

"Alana yang cantik ... mending kita semua masuk dulu dan ngobrol di dalem yuk, di luar dingin," ajak Silvi.

"Tunggu dulu, Ibuku ada di mana? Kok di sini cuma ada kalian?" Alana kembali bertanya.

"Tante Nia udah tidur. Tadinya, beliau mau nungguin kamu pulang, tapi karena tadi di kantor aku liat kamu sibuk banget. Jadi, aku nyuruh ibu kamu untuk tidur duluan," jelas Silvi.

"Ya udah, ayo."

Alana berjalan lebih dulu diikuti oleh Desi dan Sela, sedangkan Silvi masih berdiri di teras seraya mendengus pelan. Jiwa keingintahuannya kembali bergejolak, saat melihat kantong plastik hitam dan jaket jeans yang dibawa oleh Alana.

'Gara-gara mergokin Pak Dev dan Alana, tadi siang. Kenapa aku jadi pengen mereka balikan lagi, ya? Hadeh ... masa iya sih, aku harus jadi makcomblang untuk cowok dingin dan cewek konyol.'

Gadis itu segera menggelengkan kepala, tak mau memperpanjang rencana yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Karena ia tahu jika saat ini Alana sudah jatuh cinta pada pria lain, yaitu Kiano.

Namun, entah mengapa ia merasa jika Devano dan Alana masih menyimpan perasaan untuk satu sama lain, tetapi salah satu diantara mereka tidak menyadarinya.

'Masa iya sih, Pak Dev selingkuh? Argh! Coba aja, tadi aku nggak ngumpulin berkas ke ruangannya Pak Dev, pasti jiwa-jiwa kepo dan makcomblangku tidak akan bergejolak.'

Ia segera menutup pintu rumah, lalu berjalan menuju lantai dua untuk menyusul ketiga sahabatnya yang sudah berada di dalam kamar Alana.

Kini empat sekawan itu sudah duduk melingkar di atas ranjang, seraya meletakkan bantal di pangkuan masing-masing. Mereka saling memandang satu sama lain, dengan kedua tangan menopang dagu.

"Na, kenapa kamu deket sama cowok berengsek itu?!" tanya Desi.

"Maksud kamu, Kia--"

"Devano!" Dengan cepat Desi memotong ucapan Alana, hingga membuat gadis itu terbelalak.

"Pak Dev?"

"Iya! Tunjukin ke Alana, Sil," titah Desi.

Silvi tersenyum sambil mengangguk pelan, lalu menunjukkan layar gawainya pada Alana. "Ta-da ...!"

"Hakh!"

Lagi-lagi Alana membulatkan bola matanya, seraya membekap mulut menggunakan telapak tangan. Ia sangat terkejut melihat potret saat dirinya tidak sengaja mencium pipi Devano, yang terpampang di layar gawai milik Silvi.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang