Suka Dan Luka

18.7K 1.5K 778
                                    

Hai ... apa kabar?
Semoga sehat dan bahagia selalu ya. Hehe

Maaf ya, Up-nya lama ... soalnya, baru keluar dari zona galau akibat dighosting buaya darat. Hiks

Oh iya, jangan lupa tekan bintang sebelum baca ya. Tandai typo juga, biar nanti direvisi.

Happy reading ....

•••


"Halo, assalamualaikum, Sayang."

Kedua sudut bibir Alana langsung terangkat ketika mendengar suara bariton dari ujung sana, suara seseorang yang sudah sangat dirindukan, padahal baru berpisah beberapa jam lalu. Salah satu alasan yang membuatnya tersenyum adalah, sekarang sang kekasih selalu menambahkan kata "Sayang", di akhir kalimat setiap berbicara dengannya.

Dan entah kenapa, sejak Arian buru-buru pergi menyusul Devano tadi siang, hatinya terus saja merasa gelisah, pun dengan calon mertua dan keluarga yang lain. Takut terjadi sesuatu pada calon suami, tetapi sekarang ia bisa bernapas lega, karena sudah mendengar suaranya.

"Waalaikumussalam, Mas ... udah nyampe?"

"Sudah,"  jawab Devano singkat, padat, dan jelas tanpa basa-basi.

"Kok nggak ngabarin? Katanya, kalo udah nyampe sana bakalan ngabarin ...."

Gadis bersurai panjang itu mengingatkan dengan nada lembut, bahkan senyum manis masih tampak jelas menghiasi wajah. Bukan mengekang atau egois, tetapi ia hanya ingin memastikan bahwa kekasih sampai tujuan dengan selamat.

"Maaf, tadinya besok pagi baru mau dikabari. Soalnya, ini sudah malam, mas nggak mau ganggu kamu."

Jika saat ini Devano ada di depan Alana, sudah dipastikan dapat melihat pipi chubby itu bersemu merah akibat tersipu malu.

Percayalah, pria yang tampak dingin, akan mencair jika bertemu gadis yang tepat. Pasalnya, sikap dan perilakunya cukup sulit untuk ditebak, hingga seringkali membuat beberapa orang kebingungan.

"Sweet banget sih pacar aku, jadi kangen deh ...," rengek Alana. Persis seperti anak kecil yang minta dibelikan permen.

"Sabar ya, nanti kalau sudah halal, kamu bisa liat mas sepuasnya," canda Devano diakhiri tawa kecil yang sukses membuat hati gadis jelita itu berdesir hangat, disertai degup jantung yang berpacu lebih cepat.

"Nanti kapan?"

"Kalau kamu sudah siap, dan--"

"Aku udah siap," potong Alana cepat. Tak ada setitik pun keraguan dalam ucapannya, karena sekarang yang paling penting dalam hidupnya adalah bisa melewati suka-duka dengan orang terkasih.

"Serius?" tanya Devano memastikan. Andai saja mereka berada di tempat yang sama, mungkin Alana bisa melihat raut penuh kebahagiaan di wajah tampannya. Sungguh.

Gadis ayu itu mengangguk, walau tidak dapat dilihat oleh lawan bicaranya. "Iya, Mas ... aku serius."

"Alhamdulillah ... ya Allah, ini adalah kabar gembira yang paling mas dan keluarga tunggu-tunggu," ungkap Devano dengan nada penuh kebahagiaan.

Ya, selama ini kesiapan Alana untuk bersedia menjadi pendampingnya adalah hal yang paling ditunggu olehnya dan keluarga. Terutama ibundanya yang selalu berharap gadis ayu nan menggemaskan itu menjadi menantunya, karena merasa satu frekuensi saat tengah bergosip ria. Aneh, tetapi memang seperti itu kenyataannya. Tak apa, karena selama ini dua perempuan teristimewa dalam hidupnya, hanya bergosip tentang satu orang saja. Dirinya.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang