Bagian 60

183 24 21
                                    

Jinhyuk menghela nafas. Dia memperhatikan rumah besar di hadapannya saat ini. Rumah Nenek Jung.

Seperti janjinya pada Om Jungshin kemarin, Jinhyuk sendiri yang datang untuk menemui nenek. Dan Om Jungshin menyuruhnya untuk datang ke rumah tersebut. Dan ini sudah beberapa bulan sejak Jinhyuk terakhir kali datang di akhir tahun lalu untuk makan malam bersama di malam Natal?

Jinhyuk menarik nafas panjang untuk menenangkan diri sebelum membuka pintu pagar. Hanya saja, dia kejutkan oleh suara klakson mobil. Mata Jinhyuk melebar ketika dia mengenali mobil yang biasa Mama kendarai selama ini. Jinhyuk semakin terkejut saat Mama keluar dari mobil dan menghampirinya.

"Jinhyuk!! Mama kangen sama kamu, kak!" seru Mama sembari memeluk Jinhyuk erat.

Jinhyuk mengernyit bingung dan menatap Papa yang mengunci mobil. Bertanya kenapa beliau berdua bisa ada di sini?

Papa hanya mengangkat bahu, tidak mau memberitahu. Oh, sama sekali tidak membantu. Jinhyuk mendengus pelan. Mama kemudian melepaskan pelukan dan menangkup wajah Jinhyuk, sedikit menepuk-nepuk pelan pipinya.

"Kak? Kamu makan 'kan? Kok keliatan makin kurus sih?"

"Aku makan kok, Ma! Jangan khawatir. Kalo gak makan, gimana aku mau minum obat, coba?" sahut Jinhyuk yang kemudian menatap Papa lagi untuk meminta bantuan, kali ini serius.

Papa tertawa kecil. "Ma, jangan terlalu khawatir begitu, ah. Udah percaya ajah sama Jinhyuk. Dia bisa ngurus diri sendiri."

Mama hanya bergumam pelan, walaupun tidak terlalu percaya karena pipi Jinhyuk terlihat lebih tirus. Mama lalu menarik tangannya dari pipi Jinhyuk, masih terlihat khawatir. Jinhyuk mengulas senyum tipis, berusaha lebih meyakinkan Mama kalau dia baik-baik saja.

"Papa sama Mama mau ketemu sama Nenek?"

Papa menggeleng. Beliau merangkul bahu Mama. "Papa sama Mama ke sini karena mau ketemu kamu, kak. Diberitahu Hangyul kemarin."

Jinhyuk mengernyit. Mama lalu meraih tangannya dan genggam erat.

"Kami tau kalo nenek manggil kamu ke sini. Makanya, Papa sama Mama ke sini buat nemenin kamu. Jadi, kamu gak perlu sendirian buat ngadepin nenek."

*****

Seungsik tengah minum ketika Seungwoo keluar dari kamar, sepertinya baru bangun tidur padahal matahari sudah tinggi. Seungsik memperhatikan roommatenya yang berjalan dengan menyeret kakinya ke dapur dan membuka lemari pendingin untuk mengeluarkan botol minum.

Seungsik membiarkannya lalu menaruh gelas bekas minumnya ke bak cuci. "Semalem lo pulang jam berapa?"

Seungwoo belum menjawab. Dia menghabiskan satu botol air itu sembari menutup lemari pendingin. Ketika habis, ia membuang botol itu ke kantung daur ulang khusus botol.

"Nggak tau. Hampir tengah malam, kayaknya?" sahut Seungwoo yang mulai bangun sepenuhnya. Ia lalu mengambil sepotong roti panggang buatan Seungsik sembari duduk di stool.

Seungsik yang tengah sibuk mencuci piring bekas sarapannya. "Gue pikir lo bakal pulang ke rumah. Soalnya sebelum lo pergi ke flat Jinhyuk, lo bilang mau pulang ke rumah kan?"

Seungwoo bergumam dengan mulut penuh.

"Gue ngajak Jinhyuk ke rumah," ucap Seungwoo setelah makanannya ditelan.

Pernyataan itu membuat Seungsik terkejut. Ia berbalik dan menatap Seungwoo dengan tangannya yang masih basah karena sabun cuci piring hingga airnya menetes ke lantai. Seungwoo mengerang jengkel.

"Sik! Air sabunnya!!" seru Seungwoo.

Seungsik tidak peduli. Ia menarik kain lap dengan kakinya untuk mengeringkan lantai. "Lo ngajak Jinhyuk ke rumah lo? Ketemu sama nyokap?"

The Story of...Where stories live. Discover now