Bagian 68

204 28 5
                                    

Seungsik menghela nafas pendek ketika ia melihat Seungwoo yang sedang duduk di meja belajarnya, tengah fokus mengerjakan tugas kuliahnya.

Setelah pulang dari rumah sakit, roommate itu langsung mandi, mengganti pakaian dan langsung mengecek semua tugas-tugas yang harus diselesaikan. Bahkan ketika Seungsik memanggilnya untuk makan malam, Seungwoo mengatakan kalau dia akan makan nanti.

Seungsik tahu kalau terjadi sesuatu pada Jinhyuk tadi siang. Terlebih soal puluhan reporter yang mendapatkan peringatan keras dari rektor. Tapi dia tidak tahu bagaimana kondisi Jinhyuk sekarang.

"Woo, udah hampir jam sepuluh. Lo belum makan," tukas Seungsik.

Seungwoo tidak berbalik, tangannya masih bergerak mengetik di atas keyboard. "Iya, nanti."

Seungsik mendengus pelan. Seungwoo tidak akan bergerak dari kursinya jika tidak dipaksa. Kemudian dia berjalan menghampiri Seungwoo. Namun, mata Seungsik menangkap hal yang aneh. Tugas yang dikerjakan oleh Seungwoo. Kebanyakan waktu deadline untuk diserahkan pada professor masih cukup lama, tapi Seungwoo sudah mulai mengerjakan.

"Kok lo udah mulai ngerjain tugas ini? Kan masih lama. Kita juga butuh data referensi buat bandingan."

"Cuma awalannya ajah, terus bikin list data yang gue butuhin supaya gak makan waktu lama buat nyari datanya," tutur Seungwoo.

Seungsik mendesah. Ia sudah diberi peringatan oleh Seungyoun sebelumnya. Pemuda itu mengatakan kalau dia harus mengawasi Seungwoo. Sepertinya kondisi Jinhyuk cukup buruk.

Seungsik kemudian menutup layar laptop dan membuat Seungwoo terbelalak menatapnya. "Makan dulu. Abis itu lo mau begadang ngerjain tugas, terserah. Paling gue tinggal laporan ke Seungyoun, biar dia ngadu ke Jinhyuk."

Seungwoo mendecih ketika Seungsik mulai berani mengancamnya dengan mengadukannya pada Jinhyuk.

*****

Jinhyuk terbangun untuk kesekian-kalinya. Tapi itu memang wajar, dia terlalu sering tidur untuk di waktu berdekatan. Dan ketika ia terbangun, ada sosok Papa yang duduk di kursi dengan melipat kedua tangan di dada, kepalanya tertunduk. Sepertinya Papa tertidur dengan posisi tidak nyaman.

Well, ruang ICU memang tidak diperuntukkan bagi visitor.

Pa...

Jinhyuk berusaha untuk bicara, namun suaranya masih belum kembali. Dokter mengatakan sepertinya ia mengalami shock hingga suaranya hilang. Dokter Jang sendiri sudah menemuinya dan mengatakan kalau Jinhyuk akan menjalani terapi yang berbeda, jika dalam dua hari suaranya masih belum kembali.

Jinhyuk merasa frustasi. Dia ingin memanggil ayahnya, tapi suaranya benar-benar tidak keluar. Kemudian dengan susah payah, Jinhyuk mengangkat tangannya lalu dengan cepat jatuh ke atas paha Papa. Itu membuat Papa terbangun dengan panik.

"Kenapa, kak? Ngerasa sakit? Perlu Papa panggil dokter?!"

Jinhyuk menggeleng. Papa menghela nafas lega. Beliau pikir Jinhyuk merasakan sakit atau hal lainnya.

Papa, kenapa di sini?

Papa tersenyum tipis. Tangan besar beliau mengusap kepala Jinhyuk. "Jagain kamu, kak. Sebenernya Papa gak boleh nunggu di sini. Tapi dokter Kang ngasih kelonggaran satu jam. Mama sama Jinwoo udah pulang pas kamu tidur tadi. Oh ya, kamu lapar gak? Suster bilang kalo kamu kebangun karena lapar, mereka bakal bawain bubur. Kamu mau makan?"

Lagi, Jinhyuk menggeleng. Toh, dia memang tidak merasa lapar.

Pa...?

"Iya, kakak? Kenapa?"

The Story of...Where stories live. Discover now