Bagian 17

304 40 40
                                        

Saat Dongwook kembali masuk ke kamar rawat, ia melihat sosok Inna yang setia duduk di sebelah ranjang Jinhyuk. Putranya sepertinya sudah kembali tidur. Namun, tangan Inna masih mengusap lembut kening Jinhyuk. Dongwook menghela nafas lalu melihat pada sisa makanan yang bahkan belum habis di meja makan.

"Ma, habiskan makan malamnya dulu, yuk."

Inna menoleh lalu menggeleng. "Mama udah gak lapar lagi. Papa ajah yang makan."

Dongwook menghela nafas. Ia sudah terlalu lelah jika harus berdebat dengan Inna, apalagi ini rumah sakit. Kemudian Dongwook menghampiri sang istri dan menyentuh bahu Inna, meremasnya pelan. Pandangan Dongwook kini juga tertuju pada Jinhyuk.

"Dokter Baek bilang Jinhyuk urutan nomor empat untuk yang diprioritaskan dari KONOS."

Inna mendongak. Usapannya berhenti. "Hanya nomor empat? Dengan kondisinya saat ini..."

"Ma, mereka juga mempunyai kriteria sendiri untuk menentukan prioritas. Dokter Baek mengatakan KONOS juga akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk melihat kecocokan kandidat donor dengan data milik Jinhyuk. Walaupun Jinhyuk berada pada urut empat, jika kandidat donor yang tersedia ternyata hanya cocok dengan data Jinhyuk, maka Jinhyuk yang akan mendapatkannya."

Inna kembali memandangi wajah tidur Jinhyuk. "Tapi Jinhyuk pasti akan dapat donor, kan, Pa?"

Dongwook mengusap bahu Inna. "Kita hanya perlu menunggu, Ma."

Menunggu. Itu terdengar begitu ironis di telinga Inna.

Untuk menyelamatkan Jinhyuk, mereka harus menunggu sampai ada donor yang cocok. Sedangkan Jinhyuk sendiri juga sedang berkejaran dengan waktu. Nyawanya tengah dipertaruhkan saat ini.

"Tapi Jinhyuk gak punya banyak waktu buat nunggu."

*****

"Yakin Papa yang jaga di rumah sakit?"

Dongwook mengangguk. Ia merapatkan jas miliknya di bahu Inna.

"Iya, Mama pasti capek seharian di rumah sakit. Lagian kasian Jinwoo juga. Kita memang khawatir sama Jinhyuk, tapi bukan berarti Jinwoo harus dititipin di rumah adik kamu, Ma. Jinwoo juga butuh perhatian kita. Gantian ya," tutur Dongwook lembut.

Keduanya tengah berada di lorong dekat lift. Inna akan pulang dengan beberapa agen NSA. Sedangkan Dongwook yang akan bergantian menjaga Jinhyuk malam ini.

"Dan besok, Mama gak perlu pagi-pagi ke sini, ya."

"Loh kenapa? Papa harus ke kantor dan perlu ganti baju juga."

Dongwook mengulas senyum. Tangannya terulur untuk merapikan sedikit anak rambut Inna. "Papa bakal kerja dari rumah sakit. Toh, udah bawa laptop juga. Lagian kerjaan Wakil Menteri juga gak seberapa banyak. Papa cuma perlu ngawasin kordinasi ajah kok. Lagian udah ada staff yang jalan. Soal pakaian, Mama bisa minta tolong Jinwook untuk antar ke rumah sakit. Mama sorean ajah ke sini lagi. Jinhyuk juga pasti gak mau Mama terus-terusan di rumah sakit nemenin dia."

Inna mendesah pelan, kemudian mengangguk. "Okay. Tapi kalau ada apa-apa sama Jinhyuk, Papa langsung hubungin Mama, ya."

"Iya, Mama."

*****

Dongwook kembali ke kamar rawat Jinhyuk setelah Inna pulang, diantar oleh beberapa agen NSA.

Oh, perihal agen NSA, masa kontrak perijinan mereka akan habis dalam bulan Mei nanti. Karena saat berita terungkapnya identitas Jinhyuk ke publik, Dongwook mengajukan permohonan ke NSA agar mereka bisa melindungi Jinhyuk dan Jinwoo dari 'serangan' reporter yang haus akan berita.

The Story of...Where stories live. Discover now