Bagian 2

473 57 8
                                    

Jinhyuk melepaskan sepatunya di foyer lalu merapikannya ke dalam rak sepatu. Dengan tote-bag di tangan, Jinhyuk berjalan memasuki rumah besar yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama hampir tujuh belas tahun. Langkah kakinya terhenti sejenak di ruang tengah.

Kemudian ia menatap pigura besar yang terpajang di dinding. Foto keluarga yang baru saja diganti beberapa hari lalu. Jinhyuk menatap refleksi dirinya dalam pigura tersebut yang tersenyum.

"Jinhyuk, ya?!!"

Suara Mama dari arah dapur menarik perhatiannya. Sepertinya Mama mendengar suara pintu yang terbuka dan menebak siapa yang pulang. Jinhyuk berharap kalau Papa belum pulang. Jinhyuk menarik nafas lalu berjalan menuju dapur.

"Iya! Maaf ya Ma, aku pulang telat," ucap Jinhyuk.

Mama yang tengah menyiapkan makan malam menoleh padanya, "Gak papa, sayang. Tapi hape kamu mati ya? Mama telepon gak bisa."

"Iya, tadi mati pas di jalan pulang. Lupa charger sampe penuh," ucap Jinhyuk.

Mama menatapnya sekilas dan tersenyum. "Urusan sama temennya udah selesai?"

Jinhyuk bergumam pelan. "Belum sih. Tapi emang butuh waktu buat nyelesaiinya."

Oh, Jinhyuk tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang butuh waktu untuk menyelesaikan satu per satu. Bagaimana dia akan mengambil keputusan nantinya.

"Hm. Kalo kamu butuh bantuan, bilang Mama ya, kak," tutur Mama. "Udah sana, mandi dulu. Bentar lagi Papa pasti pulang. Abis itu kita makan malem sama-sama."

Jinhyuk mengangguk lalu beranjak ke arah tangga untuk naik ke kamarnya. Tidak sadar kalau Mama memperhatikan tote-bag yang dibawanya.

*****

Hari ini bagian Papa yang cuci piring.

Jinhyuk menatap punggung Papanya yang menghadap wastafel dan tengah disibukkan dengan tumpukan piring kotor. Mama dan Jinwoo sudah naik ke atas. Entah melakukan apa. Tapi kesempatan ini akan digunakan Jinhyuk untuk bicara berdua dengan Papa.

"Pa.." ucap Jinhyuk seraya menarik satu stool untuk duduk.

Papa sedikit menoleh dan tersenyum ketika melihat Jinhyuk yang memanggilnya. "Kenapa kak?" tanya Papa yang kembali menyelesaikan cucian piring.

Jinhyuk memainkan jemarinya. "Jinhyuk boleh tanya tentang keluarga Bunda?"

Tangan Papa berhenti membilas mangkuk. Jinhyuk merasa kalau Papa terkejut mendengar pertanyaannya. Namun, kemudian Papa kembali fokus pada hal yang tengah dikerjakannya saat ini.

"Keluarga Bunda? Tumben kakak nanyain. Kenapa?"

Jinhyuk menarik nafas perlahan. Sekarang atau tidak sama sekali.

"Papa pasti udah tau kan, tentang paman yang ngajak Jinhyuk bicara waktu di acara pertunangan bang Kyuhyun? Jinhyuk cuma pengen mastiin ajah langsung dari Papa."

Papa menghela nafas pendek. Ia melirik tumpukan piring yang belum selesai. Papa kemudian mematikan keran air lalu berbalik menatap putra sulungnya yang duduk di balik meja counter dapur. Seolah menjaga jarak aman.

Papa tersenyum tipis. "Nanti ya, kak. Papa selesaiin cuci piring dulu. Kalo udah selesai, nanti Papa yang ke kamar kamu."

*****

Udah makan?

Udah

Udah minum obatnya?

Udah, Seungwoo


Jinhyuk mendesah pelan. Ini sangat aneh menurutnya. Awalan chat yang terkesan begitu kaku. Seolah mereka adalah orang asing yang baru pertama-kali berkomunikasi. Kemudian Jinhyuk mengetik pesan berikutnya.

The Story of...Where stories live. Discover now