Bagian 31

253 37 20
                                    

Jam masih menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit ketika Jinhyuk bersiap untuk pergi ke kampus. Kelas paginya memang dimulai pukul delapan, tapi Jinhyuk berniat untuk pergi ke kampus dengan naik bus.

Namun, baru menuruni anak tangga, Jinhyuk melihat sosok Papa yang tengah duduk di meja makan dengan secangkir kopi panas dan ipad. Jinhyuk tidak mungkin mengabaikan Papa begitu saja. Jadi, ia menghampiri Papa.

"Pagi, Pa."

Papa sontak menoleh dan tersenyum. "Pagi, kak. Ayo, duduk buat sarapan."

"Err... Aku mau langsung berangkat ajah, Pa. Nanti beli sarapan di kantin kampus ajah," ujar Jinhyuk sembari membenarkan posisi strap tas ranselnya.

Papa mengernyit. "Kok udah mau berangkat? Duduk dulu, kak. Paling gak, minum susu dulu ya?"

Jinhyuk menggeleng kecil dengan canggung ketika Papa memintanya minum susu. Pasalnya, Jinhyuk tidak terlalu suka minum susu. Tapi sepertinya Papa sama sekali tidak menyadarinya.

"Aku gak suka minum susu, Pa," tukas Jinhyuk canggung.

Papa terlihat terkejut mendengar jawaban Jinhyuk. Beliau sama sekali tidak tahu. Tapi jika diingat lagi, tiap kali sarapan Mama memang tidak pernah memberikan segelas susu pada Jinhyuk –hanya menyiapkan untuk Jinwoo saja.

"Ah..."

Jinhyuk tersenyum tipis. "Kalo gitu, aku berangkat ya?"

"Kamu gak papa, kak?"

Senyuman Jinhyuk perlahan pudar. Ia menatap Papa yang kini terlihat khawatir. Jinhyuk mencengkram ujung jaket yang dikenakannya dengan erat. Kemudian Jinhyuk berusaha tersenyum.

"Gak papa gimana, maksud Papa? Aku baik-baik ajah kok."

Papa menghela nafas. Beliau meletakkan ipad lalu berdiri menghampiri Jinhyuk.

"Kakak..."

"Kalo maksud Papa soal berita kemarin, Papa gak perlu khawatir sama aku. Tapi mungkin karena berita itu juga, Om Jinwook harus repot ngurusin media lagi. Maaf ya, Pa. Akhir-akhir ini Jinhyuk sering bikin masalah."

Papa terlihat terkejut dengan permintaan maaf Jinhyuk. Beliau menghela nafas pendek lalu mengulurkan tangan untuk mengusap lembut kepala Jinhyuk.

"Kamu kok minta maaf? Itu bukan salah kakak. Kenapa kakak harus minta maaf? Dan soal Om Jinwook, ngurusin media itu memang tanggung-jawabnya. Jadi, kamu gak perlu ngerasa bersalah."

Walaupun Papa bicara begitu, tapi realitanya berbeda. Jinhyuk tahu persis kalau dia yang akan disalahkan untuk semua pemberitaan buruk yang muncul akhir-akhir ini sehingga mempengaruhi reputasi keluarga.

Papa memandangi Jinhyuk lalu tersenyum tipis. Beliau kembali menarik tangannya dari kepala Jinhyuk. "Kita sarapan dulu, ya kak? Kalau kamu gak mau nyetir, nanti berangkat bareng Papa ajah. Papa anter sampe kampus."

Mata Jinhyuk sontak melebar.

"Gak usah, Pa. Beneran deh, aku naik bus ajah. Aku pamit berangkat ke kampus, ya." Kemudian Jinhyuk lalu bergegas menuju foyer. Meninggalkan Papa yang terdiam tanpa bisa membalas penolakan dari Jinhyuk.

Beliau menghela nafas dan memeriksa jam di pergelangan tangannya. Menurutnya, ini bahkan terlalu pagi untuk Jinhyuk pergi ke kampus. Bahkan saat Pak Kim yang sedang melakukan apel pagi dengan beberapa agen NSA lainnya sedikit terkejut melihat Jinhyuk yang membuka pintu gerbang.

Jinhyuk hanya sekilas memberi sapaan pagi lalu setengah berlari menuju halte.

*****

The Story of...Where stories live. Discover now