Bagian 52

209 33 4
                                        

Dongwook menemukan Inna tengah duduk sendiri di meja makan, dengan lampu ruang tengah yang sudah dimatikan. Pencahayaan hanya dari ruang dapur yang dibuat temaram. Di hadapan Inna, sudah ada dua botol soju di mana satu botol sudah kosong.

Dongwook menghembuskan nafas perlahan, lalu berjalan menghampiri sang istri. Saat melewati tangga, ia sekilas menengadah untuk melihat ke arah kamar Jinwoo. Mungkin putra bungsunya sudah tidur. Inna tidak akan minum-minum jika Jinwoo masih bangun dan bisa saja turun ke dapur lalu memergokinya.

Toh, sekarang sudah mendekati tengah malam.

"Mama...?"

Inna menoleh dan tersenyum tipis melihat Dongwook.

"Papa baru pulang."

Dongwook menarik sebuah kursi dan duduk mendekat dengan Inna. Ia menjauhkan gelas soju dan botol alkohol tersebut dari jangkauan sang istri. Toleransi alkohol Inna mungkin tidak buruk. Tapi sudah hampir lima tahun terakhir ini, Inna tidak pernah minum-minum di rumah. Berbeda jika Inna harus bersosialisasi dengan para donator di acara-acara formal dan charity.

"Jinwoo udah tidur?"

Inna bergumam pelan. Ia menoleh ke arah lantai dua lalu menatap Dongwook lagi. Inna tersenyum tipsy. Wajahnya merah dan hangat. "Udah kayaknya."

Dongwook menghela lagi.

"Papa udah makan?" tanya Inna.

"Udah kok. Maaf ya, Papa pulang telat. Tadi agak lama."

Inna menggeleng. "Gak papa. Yang penting urusannya selesai kan?"

Dongwook terdiam sejenak. Kemudian, ia meraih tangan Inna dan memperhatikan cincin pernikahan mereka di jemari manis Inna. Dongwook tersenyum kecil. Seolah upacara pernikahan mereka baru saja terlintas kembali dalam benaknya. Bagaimana Inna bersikeras memilih cincin dengan design sederhana dibanding cincin dengan berlian mewah.

"Yeon Jun udah buat laporannya ke kepolisian. Team penyidik juga udah interogasi orang yang disebut Yeon Jun sebagai pelaku yang ngelukain Jinhyuk," gumam Dongwook pelan.

Pria itu mengangkat kepalanya dan tersenyum lirih pada sang istri. "Polisi bilang mereka akan usahakan proses penyelidikannya berjalan tertutup. Tapi kita harus bersiap, kalau-kalau beritanya tersebar."

Dongwook menarik nafas panjang. "Besok pagi kita kasih tau Jinwoo. Supaya dia gak terlalu kaget. Dan Yeon Jun... Bukan! Gadis yang kemarin datang ke persidangan, putri Rei, juga bilang kalau dia akan memastikan Jinhyuk bakal aman. Walaupun begitu, kita semua paham, kalau media dan publik sampai tau, Jinhyuk mungkin yang paling banyak mendapat sorotan nantinya."

*****

Jinhyuk mengerutkan kening saat ia mendapat pesan dari Mama kalau beliau sudah menunggu Jinhyuk di lobby gedung fakultas. Kelasnya baru saja selesai, ia dan Seungyoun juga akan bersiap ke KLE untuk makan siang. Tapi jika Mama sudah menunggu, Jinhyuk harus menemui beliau dan tidak akan ikut makan siang.

Seungyoun yang sudah menyampirkan strap ranselnya di bahu, memandang Jinhyuk. "Kenapa? Ayo deh, nanti keburu meja penuh."

Selama mereka makan siang di KLE, Hangyul selalu berusaha membooking satu meja di kantin indoor bagi Jinhyuk –walaupun Hangyul sendiri tidak ikut makan siang. Tapi walaupun begitu, mereka harus buru-buru cepat datang agar tidak keduluan oleh mahasiswa lain.

Jinhyuk menatap Seungyoun. "Mama ada di lobby."

"Nyokap lo? Mau ngapain?"

Jinhyuk mengangkat bahu. "Tapi kayaknya penting. Lo duluan ajah. Kalo Mama cuma sebentar, nanti gue nyusul."

The Story of...Where stories live. Discover now