Dokter Kang memperhatikan Jinhyuk yang sedari tadi hanya diam menatap ke arah luar jendela. Hasil pemeriksaan kemarin sudah keluar dan menunjukkan bahwa Jinhyuk bisa menjalani operasi, walaupun dengan beberapa hal yang menjadi perhatian. Karena sejak awal, team dokter begitu khawatir kalau Jinhyuk akan mengalami arrest ketika operasi berlangsung.
Operasi sendiri akan dimulai malam ini dan bisa memakan waktu lebih dari sepuluh jam karena Jinhyuk sudah pernah menjalani operasi jantung sebelumnya, jadi team dokter harus lebih berhati-hati. Selain itu, team dokter rumah sakit juga menunggu kiriman donor jantung dari rumah sakit di mana pasien death-brain itu dirawat.
"Jinhyuk...?" panggil sang dokter.
Pemuda itu menoleh dan menatap dokter Kang lekat. "Kenapa, dok?"
"Kamu baik-baik ajah?"
Jinhyuk menatap lama sang dokter lalu menghela nafas berat. Ia yang duduk bersandar di lengan sofa, kemudian melipat kedua kakinya dan menjatuhkan kepalanya pada sandaran sofa. Ekspresi wajah pemuda itu terllihat begitu suram untuk seseorang yang akan menjalani operasi.
Oh, itu menjadi tanda alarm bagi dokter Kang. Mungkin dia harus segera memanggil dokter Jang.
Sepertinya kondisi psikis Jinhyuk kembali menurun. Padahal berdasarkan hasil pemeriksaan dokter Jang, dinyatakan bahwa pasien cukup siap secara psikologis menjalani operasi transplantasi. Namun, sepertinya ada factor lain yang memicu penurunan kondisi psikis Jinhyuk sekarang.
Dokter Kang mengeluarkan ponselnya untuk segera menghubungi dokter Jang.
"Mau manggil dokter Jang, ya?" tukas Jinhyuk.
Dokter Kang menekan tombol send lalu mengangguk. Sang dokter berjalan mendekati dan ikut duduk di ujung lain sofa tersebut.
"Kondisi psikis kamu menurun. Kamu ragu lagi soal operasi itu."
Jinhyuk tidak mengelak. "Sedikit."
"Karena keributan kemarin? Soal puluhan reporter yang datang ke rumah sakit untuk minta maaf sama kamu?"
"Itu dan hal lainnya."
Dokter Kang terdiam. Ini bukanlah bidang penguasaannya. Salah-salah bicara, dokter Kang malah akan memperburuk situasi yang ada. Jinhyuk sendiri cukup paham kalau dia tidak bisa bicara banyak pada dokter Kang.
Satu-satunya penyelamat mereka adalah dokter Jang yang datang dengan nafas tersengal.
Dokter Kang dan Jinhyuk menatap sang dokter psikiatri tersebut yang tengah mengatur nafasnya sendiri. Jinhyuk mendengus pelan.
"Gak perlu lari juga kali, dok."
Dokter Kang mendesah pelan lalu bangkit. Dia beranjak meninggalkan ruangan tersebut agar Jinhyuk bisa bicara dnegan leluasa. Sebelumnya, dokter Kang menepuk bahu dokter Jang beberapa kali.
*****
"Gyul? Masih belom ada kabar?" tanya Seungwoo.
Wooseok yang mendengarnya hanya mendengus dan berusaha mengabaikan Seungwoo. Sama seperti yang lain juga, mereka lebih banyak mendiamkan ketika Seungwoo mulai berisik dan bertanya soal Jinhyuk. Padahal belum dua puluh empat jam setelah pemuda itu membuat Jinhyuk marah.
Hangyul sendiri sudah bosan mendengar pertanyaan yang sama.
"Belum, kak. Tante cuma ngabarin kalo kak Jinhyuk bakal dioperasi malam ini. Selebihnya, Tante Inna gak ngomong aku bisa ke rumah sakit atau engga. Tunggu yang sabar kenapa sih. Lagian kan emang salah kak Seungwoo sendiri."
Seungwoo tidak membalas lagi. Dia bahkan tidak berselera untuk makan siang.
Makan siang kali ini, mereka semua berkumpul di fakultas hukum. Sudah tidak lagi mengatur jadwal minggu ini harus makan di kantin fakultas mana. Toh, pada akhirnya mereka akan menjadi pusat perhatian dari mahasiswa lain. Seperti sekarang ini.
YOU ARE READING
The Story of...
FanfictionJinhyuk yang selalu berusaha menjadi anak baik Dan Seungwoo yang berusaha untuk memahami Sequel of PoY ***COMPLETED****