Bagian 25

264 40 22
                                        

Jinhyuk mengernyit ketika ia turun dari mobil, Seungyoun sudah menunggunya di dekat mobilnya sendiri sembari melambaikan tangan. Jinhyuk bahkan sampai mengecek kalender di ponselnya. Harinya belum berubah, masih hari Senin –hari pertama semester baru.

"Tumben lo ngambil kelas hari Senin," tukas Jinhyuk saat Seungyoun menghampirinya.

Seungyoun mendengus lalu merangkul bahu Jinhyuk. Keduanya berjalan menuju gedung jurusan. "Sisa kelas yang belum gue ambil adanya di hari Senin juga. Terpaksa tau."

Jinhyuk terkekeh pelan. "Kirain gitu. Udah semester lima, lo bakal sadar diri dan gak pilih pilih hari kuliah lagi."

"Sialan."

Seungyoun meninju pelan perut Jinhyuk. Ia melepaskan rangkulannya dan berjalan beriringan menuju kelas mereka di lantai dua. Karena ini hari pertama masuk kuliah, jadi gedung fakultas begitu ramai. Ramai dengan mahasiswa tua, ramai dengan mahasiswa baru yang kesulitan mencari kelas mereka sendiri.

Seharusnya tidak ada yang berbeda. Tapi Seungyoun bisa merasa kalau Jinhyuk tidak nyaman. Apalagi dengan lirikan dari mahasiswa lain. Mungkin karena berita-berita kemarin mengenai dirinya yang masih cukup sering diperbincangkan. Bahkan keluarga Lee sama-sekali tidak memberikan pernyataan apapun sehingga begitu banyak rumor yang muncul.

Seungyoun berjalan dua langkah di depan Jinhyuk saat mereka menaiki anak tangga.

"Nanti makan siang di kantin psikologi."

Jinhyuk mengernyit. "Tumben?"

Seungyoun bergumam. "Kata Chan, kita harus sering kumpul walaupun cuma pas makan siang atau pas lagi jam kosong. Tapi ngumpulnya harus bergilir, pindah-pindah gitu. Minggu ini di psiko, minggu depan di hukum. Terus minggu depan di jurusan lain. Gitu deh."

"Lagian kata Chan juga, kita harus nikmatin waktu pas lagi bisa bareng-bareng kayak gini. Bikin memori sebanyak-banyaknya. Karena gak ada yang tau gimana ke depannya nanti," tambah Seungyoun lagi.

Jinhyuk terdiam sejenak. Entah, tapi ia merasa ada maksud lain di ucapan Seungyoun itu.

"Kapan ngomongnya? Kayaknya pas kalian jenguk atau di chat gak ada obrolan gitu."

"Ah! Pas lo belum sadar. Kalo mau scroll-up ajah. Eh tapi, hape lo baru ya. Jadi, chat lama mungkin udah ilang. Pokoknya kita udah obrolin bareng-bareng. Lupa ajah ngasih tau lo."

Jinhyuk hanya mengangguk. Kini mereka berada di lantai dua. Kelas yang mereka tuju ada pintu ke dua di ujung koridor. Walaupun tidak seramai di lantai bawah, tapi ketika mereka berdua lewat, masih ada lirikan serta bisikan yang ditujukan pada Jinhyuk.

"Kak Jinhyuk!!"

Sontak Jinhyuk dan Seungyoun menoleh saat mendengar suara panggilan keras tersebut. Ada Chaeyeon yang keluar dari kelasnya dan berlari untuk memeluk Jinhyuk dengan erat. Seungyoun bahkan harus mundur beberapa langkah, terkejut.

Jinhyuk memeluk tubuh Chaeyeon dan menjaga agar keseimbangan mereka tidak hilang.

"Chaeyeon! Hati-hati, dong."

Tapi gadis itu hanya terkekeh dan mengeratkan pelukannya. "Maaf. Tapi aku seneng bisa liat kak Jinhyuk. Maaf ya, gak bisa jenguk. Aku pengen jenguk di rumah sakit, tapi sibuk buat ngurus persiapan orientasi."

Jinhyuk melirik Seungyoun sekilas dan situasi di koridor yang lain. "Iya, gak papa. Kakak ngerti. Tapi bisa lepasin dulu gak? Kamu erat banget meluknya."

Chaeyeon lalu melepaskan pelukannya dan tertawa kecil. Jinhyuk menarik nafas dan tersenyum. Ia mengulurkan tangan untuk sedikit merapikan poni Chaeyeon yang terlihat berantakan.

The Story of...Where stories live. Discover now