Bagian 19

287 44 18
                                    

"Jadi, hari ini langsung ke Yeosu? Dan lo harus ikut?"

Seungwoo bergumam pelan. Ia menghela nafas berat. Ia bersandar pada dinding dan menatap pemandangan luar gedung rumah sakit dari koridor yang sepi.

"Jinhyuk gak mau sama yang lain. Bahkan ketika gue ngasih tau ke Om sama Tante soal pergi ke Yeosu ini, Jinhyuk sendiri bilang kalo gue gak ikut mending dia pergi sendirian."

Terdengar helaan berat Seungyoun di ujung telepon. Seungwoo tengah memberitahu Seungyoun tentang kejadian hari ini. Tidak banyak yang bisa diceritakan apalagi dia tidak tahu soal pembicaraan yang terjadi di kamar rawat Jinhyuk.

"Youn..."

"Hm?"

"Jinhyuk kenapa gak mau dioperasi?" tanya Seungwoo pelan.

"Lo harus tanya sendiri ke Jinhyuk buat cerita lengkapnya, Woo. Karena gue juga gak paham. Tapi kayaknya Jinhyuk emang udah mutusin untuk gak operasi walaupun dokter Kang udah ngebujuk dia puluhan kali. Rasanya, keputusan dia ini ada kaitannya sama keluarga Lee."

Seungwoo memijat pelipisnya. "Ada kemungkinan gak, kalo Jinhyuk gak mau operasi karena biayanya besar. Karena ya kita tau, selagi punya uang sendiri Jinhyuk gak akan minta uang ke Om sama Tante kan buat kebutuhan dia sendiri."

"Mungkin ajah. Tapi ada satu pemikiran gue kenapa dia gak mau operasi sih, Woo."

"Apa?"

"Karena Jinhyuk udah lapang dada soal kondisinya. Kayak dia udah ikhlas kalau emang udah waktunya. Dia juga ngerasa kalau minum obat pun sebenarnya gak bantu banyak."

"Tapi kan operasi..."

"Seungwoo, bahkan kalaupun dioperasi, Jinhyuk cuma punya kesempatan kurang dari empat puluh persen buat selamat. Ini sih yang gue denger pas nemenin dia check-up tahun lalu. Gak tau kalo sekarang. Intinya, walaupun udah dapat donor, Jinhyuk bisa ajah meninggal di meja operasi. Atau lebih buruk, operasinya berhasil tapi dengan semua resiko efek samping lainnya. Jantung barunya perlu adaptasi sama tubuh Jinhyuk dan kita gak tau bakal ada efek kayak gimana nantinya."

Tubuh Seungwoo merosot hingga dia duduk di lantai rumah sakit yang dingin. Tangan yang memegang ponsel sudah gemetar.

"Jadi, maksud lo, Jinhyuk cuma pengen ngejalanin hidupnya sampe waktunya tiba?"

"Iya."

Seungwoo menarik nafas. Matanya terasa begitu panas. Ia menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

"Tapi gue sama dia bahkan..."

"Woo, gue yakin Jinhyuk tau ketika dia akhirnya nerima lo, pasti kalian bakal ngalamin masa sulit kayak gini. Gue pikir dengan lo digantungin 3 bulan, sebenernya dia ada harapan kalo lo bakal berenti nunggu dia. Tapi lo milih bertahan kan? Dan sekarang, lo juga harus bertahan dengan situasi sekarang. Entah kapan waktunya, Jinhyuk cuma pengen ngerasain kebahagiaan kecil sama lo."

Seungwoo kemudian menengadahkan kepala, membiarkan air matanya jatuh padahal susah payah menahan diri. Ada jeda cukup lama. Seungwoo tahu kalau Seungyoun pasti mendengar suara isaknya. Koridor sepi itu menjadi saksi di mana semua pertahanan emosi Seungwoo akhirnya jatuh.

"Seungwoo, Jinhyuk itu kuat. Tapi lo harus lebih kuat buat bertahan bareng dia. Kalo lo gak bisa..."

Kemudian Seungwoo menyeka air mata yang tersisa. Ia menarik nafas dan berusaha kembali mengontrol emosinya.

"Gue bisa, Youn! Gue gak bakal ninggalin dia."

*****

Seungwoo menoleh ke kursi Jinhyuk.

The Story of...Where stories live. Discover now