Dongwook memperhatikan adiknya yang keluar dari mobil dengan kepala tegak tanpa rasa bersalah. Dia tidak terkejut saat pengacara yang disewa oleh sang ibu berhasil menangguhkan penahanan Jinwook dan mengganti statusnya sebagai tahanan kota.
Dengan sang ibu yang berada disisinya sembari merangkul, keduanya berjalan menuju pintu utama di mana Dongwook berdiri di sana. Oh, Dongwook juga bisa melihat ankle bracelet monitor di pergelangan kaki kanannya.
Jinwook menyadari keberadaan sang kakak. Begitu juga dengan sang ibu. Namun, mereka mengabaikan Dongwook, seolah tidak peduli kalau mereka yang membuat anak Dongwook selalu bertaruh nyawa. Keduanya terus berjalan masuk ke dalam rumah.
Dongwook berusaha untuk mengontrol emosinya dan ikut masuk ke dalam rumah.
"Ibu sudah menyiapkan braised galbi untuk makan siangmu."
Dongwook mendengus mendengar bagaimana sang ibu begitu memanjakan Jinwook. Bahkan merelakan Jinwook untuk tinggal di rumah ini lagi. Karena informasi yang Dongwook dapat, istri Jinwook melarangnya pulang ke rumah selepas menjadi tahanan kota.
Ah... setidaknya adik iparnya masih cukup waras.
Dongwook berjalan menuju meja makan siang di mana Jinwook tengah duduk di salah satu kursi untuk menikmati makan siangnya dengan tenang. Kemudian dia menaruh sebuah amplop putih ke atas meja.
Jinwook melirik amplop tersebut.
"Surat pemecatanmu dari perusahaan," tutur Dongwook tenang yang melirik sang ibu yang kembali dari dapur dengan membawa semangkuk besar daging iga untuk Jinwook. "Minggu depan akan diadakan rapat pemegang saham."
"Apa yang akan kamu lakukan, Dongwook?" ucap sang ibu.
"Apa yang seharusnya aku lakukan sejak dulu. Jika Ibu dan Jinwook berusaha menyakiti putraku lagi, maka aku tidak akan segan-segan menghancurkan kalian. Oh, termasuk keluarga Yoo juga. Inna tidak akan berdiam diri lagi. Jika kalian ingin menghancurkan putra kami, maka kita akan hancur bersama-sama."
Dongwook lalu meninggalkan rumah itu. Dan dia bersumpah ini adalah untuk terakhir kalinya dia akan menginjakkan kaki ke rumah tersebut.
*****
Jinwoo setengah berlari ketika ia diberitahu kalau Mama datang menjemputnya, dibanding dijemput oleh supir. Begitu melihat sosok Mama, Jinwoo berteriak keras memanggil beliau dan berlari lebih cepat.
Mama membuka kedua tangannya dan menangkap Jinwoo hampir lompat untuk memeluk erat beliau.
"Ugh! Jinwoo, kamu tuh udah bukan anak kecil lagi. Mama udah gak kuat gendong kamu, sayang."
Jinwoo hanya terkekeh dan sedikit melonggarkan pelukannya untuk mendongakkan kepala memandang Mama. Mama tersenyum tipis dan sedikit merapikan rambut putra bungsunya yang berantakan.
"Mama keliatan seneng," ucap Jinwoo yang mengeratkan pelukannya di pinggang Mama.
"Masa? Tapi iya sih, Mama lagi seneng hari ini. Kalo Jinwoo tau, kamu juga pasti ikut seneng."
Jinwoo berkedip beberapa kali. Berusaha mengerti ucapan sang Mama. Dia juga akan ikut senang kalau mengetahui alasan dibalik Mama yang terlihat senang sekarang ini.
Oh? OH!!
"Abang udah bangun, ya?!" serunya dengan keras.
Mama mengangguk dengan senyuman lebar. "Iya, kakak udah bangun. Walaupun Mama belum boleh liat langsung, tapi kata dokter Kang, kondisi kakak mulai stabil."
"Berarti aku udah boleh masuk buat jenguk abang dong? Iyakan, Ma? Aku boleh ketemu sama abang kan Ma?!"
Mama kembali mengangguk. "Iya, sayang. Tapi nanti ya, kalau Kakak udah dipindah ke ward. Bukan di ruang intensif care lagi."

YOU ARE READING
The Story of...
FanfictionJinhyuk yang selalu berusaha menjadi anak baik Dan Seungwoo yang berusaha untuk memahami Sequel of PoY ***COMPLETED****