Jinhyuk mengernyit ketika ia menemukan sebuah totebag menggantung di handle pintu kamar flatnya. Ia mengambil totebag tersebut dan memeriksa isinya, yang ternyata adalah kotak makanan. Di dalamnya juga ada sebuah kertas lipat.
Jinhyuk membuka pintu terlebih dahulu dan masuk ke dalam kamar tersebut. Ia membawa totebag tersebut ke dapur untuk mengeluarkan beberapa kotak berisi makanan yang masih hangat. Ada banyak pertanyaan di kepalanya tentang siapa yang mengirim makanan.
Mungkin Byungchan. Karena pemuda itu sempat bilang kalau dia akan mengirimkan makanan untuk Jinhyuk. Tapi Byungchan sendiri baru selesai kelas sore, lebih lama satu jam dibanding kelas terakhir Jinhyuk. Jadi, tidak mungkin Byungchan.
Kemudian, Jinhyuk membaca isi dari kertas yang ditinggalkan di dalam totebag tersebut.
Jangan lupa makan. Obatnya juga.
Istirahat yang cukup
Mata Jinhyuk melebar membaca tulisan tersebut. Itu adalah tulisan tangan Seungwoo. Jinhyuk kembali menatap kotak makanan yang berisi sup ayam hangat dan nasi jagung.
Dan karena masih hangat, tandanya Seungwoo belum lama mengantarkan makanan ini. Mungkin tadi mereka berselisih jalan, lagipula Jinhyuk menggunakan jalan gang kecil. Sedangkan Seungwoo pasti lewat jalan besar karena mengendarai mobilnya.
Tubuh Jinhyuk lemas. Bahkan di saat mereka sedang tidak bicara begini, Seungwoo masih memperhatikannya.
Dengan membawa kertas berisi tulisan tangan Seungwoo tersebut, Jinhyuk mengeluarkan ponselnya dan berjalan menuju tempat tidur. Ia menekan nomor kontak Seungwoo sembari melepaskan tas ranselnya. Jinhyuk duduk di lantai bersandar pada tempat tidur dan menunggu sampai Seungwoo menjawab panggilan darinya.
Saat panggilan dijawab, tidak ada satu pun dari mereka yang bicara. Jinhyuk yang tidak tahu bagaimana ia harus memulai percakapan. Seungwoo yang masih mempunyai ego tinggi.
Jinhyuk membaca kembali catatan yang ditinggalkan oleh Seungwoo. Dan dalam pikirannya hanya ada satu kata yang terlintas dalam benaknya.
"Maaf..." gumam Jinhyuk, memecah kesunyian mereka selama tiga menit.
Jinhyuk meluruskan kaki panjangnya, lalu menghela nafas berat. Sekali lagi, Jinhyuk mengatakan, "Maaf, Seungwoo."
"Jangan lupa makan."
Jinhyuk mengulas senyum. Ia menengadahkan kepalanya, jatuh ke atas kasur. "Maaf, ya, Seungwoo."
"Maaf untuk apa?"
"Maaf karena udah kasih ide konyol itu. Maaf karena udah maksa lo buat terlibat ke janji yang gue buat ke Jinwoo. Maaf karena gue nyerah gitu ajah. Dan... Maaf karena selama ini gue selalu berpura-pura kuat di hadapan semua orang..."
Perlahan air mata Jinhyuk jatuh. Ia terisak pelan. Dengan menggunakan lengan tangan yang masih memegangi kertas dari Seungwoo, ia menutup matanya.
"Maaf, Seungwoo."
Hanya itu bisa diucapkan Jinhyuk di sela-sela isak tangisnya. Dan, Seungwoo sendiri tidak mengatakan apa pun. Dia hanya diam mendengarkan permintaan maaf yang diiringi oleh tangisan Jinhyuk.
Cukup lama Jinhyuk menangis sendiri dengan sambungan telepon yang tidak terputus. Wajahnya memerah bahkan pipinya sudah basah. Nafas Jinhyuk sedikit tersengal. Ini emosi yang sama ketika Jinhyuk menangis dipelukan Seungwoo minggu lalu.
"Hey...? Bisa buka pintunya?"
Jinhyuk terisak pelan. Ia mengangkat kepalanya dan menatap pintu yang tertutup. Seungwoo bilang bukan pintu?
![](https://img.wattpad.com/cover/216464224-288-k910173.jpg)
YOU ARE READING
The Story of...
FanfictionJinhyuk yang selalu berusaha menjadi anak baik Dan Seungwoo yang berusaha untuk memahami Sequel of PoY ***COMPLETED****