Bagian 49

228 34 11
                                    

Seungwoo menatap pohon sakura besar dan kata Jinwoo, usia pohon tersebut sudah sembilan puluh tahun. Tapi, tentu saja, Seungwoo tidak langsung percaya. Dan itu membuat Jinwoo mengulang apa yang diceritakan oleh petugas pemandu beberapa minggu lalu saat mereka ke sini untuk mengecek lokasi untuk acara charity YooNation.

Seungwoo sendiri hanya mendengarkan cerita Jinwoo. Bagaimana sebenarnya bibit pohon tersebut dibawa langsung oleh tentara Jepang yang saat itu tengah menginvasi Korea. Hingga akhirnya, area yang ditanami hampir puluhan pohon sakura dijadikan taman oleh pemerintah korea sekarang.

Seungwoo memuji Jinwoo yang mengingat jelas apa yang diceritakan oleh sang petugas taman. Padahal jelas, di hari yang sama, Jinwoo dan Jinhyuk mengalami kecelakaan. Tapi melihat sifat cerita Jinwoo tidak berubah, Seungwoo bersyukur kalau trauma yang dialami remaja itu tidak begitu parah.

Jinhyuk bilang, Jinwoo memang beberapa kali datang ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter psikiatri –lebih untuk memastikan kalau dia memang tidak mengalami trauma. Tapi ironis, malah Jinhyuk yang kini harus rutin menjalani terapi setiap minggunya.

Dan bicara soal Jinhyuk, Seungwoo menoleh pada Jinhyuk yang hanya duduk di salah satu kursi taman, memandang dengan senyuman lebar ke arah Seungwoo dan Jinwoo.

"Jinwoo, mau ambil beberapa foto gak? Kakak mau kirim buat Mamanya kakak. Siapa tau tertarik buat ke sini," ujar Seungwoo sembari menyodorkan ponselnya pada Jinwoo.

Jinwoo menerima ponsel itu dengan khawatir. Ia menoleh ke arah Jinhyuk sekilas, lalu memandang Seungwoo. "Gak papa?"

Seungwoo tersenyum. "Iya, gak papa. Tapi Jinwoo perginya jangan jauh-jauh. Di sekitar sini ajah ya, biar kakak sama abang masih bisa ngawasin dari kursi taman. Oke?"

Jinwoo mengangguk. Seungwoo mengusap kepala Jinwoo sebelum bergegas menghampiri Jinhyuk dan duduk di sebelahnya.

Jinwoo sendiri mulai bereksplorasi untuk mengambil gambar-gambar bagus dengan ponsel Seungwoo. Dan, anak itu tetap menjaga jaraknya agar Jinhyuk masih bisa mengawasinya.

Seungwoo menatap Jinhyuk yang terlihat senang. Well, awalnya Seungwoo merasa khawatir ketika Jinhyuk mengusulkan untuk pergi ke taman ini. Setelah kecelakaan sebulan lalu, Seungwoo tidak ingin Jinhyuk dan Jinwoo harus mengalami trauma buruk.

Tapi, sepertinya itu hanya sebatas kekhawatiran saja. Buktinya, Jinwoo tersenyum lebar begitu mengetahui kalau mereka akan melihat pohon sakura lagi. Remaja itu berkomentar kalau sakuranya pasti sudah ada yang mekar dibandingkan saat pertama mereka datang.

Jinhyuk melirik Seungwoo yang tersenyum-senyum sendiri. "Kenapa sih? Senyum senyum ajah."

"Ya, ngeliat lo seneng, gue juga ikut seneng. Padahal gue awalnya khawatir," ujar Seungwoo.

Jinhyuk sedikit mengubah posisi duduknya, agak miring menghadap Seungwoo. "Soal kecelakaan itu, ya."

Seungwoo mengangguk. Ia ingin meraih tangan Jinhyuk, tapi mereka ada di ruang publik. Jadi, Seungwoo harus menahan diri untuk tidak terlalu agresif menunjukkan afeksinya.

"Iya. Tapi kayaknya khawatir gue agak berlebihan, soalnya ngeliat lo sama Jinwoo yang biasa ajah, mungkin gue yang terlalu kepikiran."

Jinhyuk mengulas senyum. Ia menoleh untuk mengawasi Jinwoo yang masih mengambil beberapa foto pohon sakuran sebelum menatap pohon besar yang berjarak hampir dua ratus meter dari posisi kursi taman yang mereka tempati saat ini.

"Lo mikirin apa?" tanya Seungwoo pelan.

Jinhyuk menarik nafas panjang lalu sedikit menelengkan kepalanya untuk memandang Seungwoo. "Gue mau minta tolong sama lo, boleh gak?"

The Story of...Where stories live. Discover now