Dongwook tengah merapikan beberapa barang pribadinya di ruangan ketika Pak Joo datang. Pak Joo terlihat sedikit tidak senang kalau sudah ada beberapa kardus berisi barang pribadi milik Dongwook yang sudah dirapikan.
Pak Joo sendiri tidak menyangka kalau proses pengunduran diri Dongwook begitu cepat.
Dongwook tersenyum tipis melihat ekspresi tidak senang Pak Joo karena ia tahu persis bagaimana awalnya Pak Joo menolak untuk menerima surat pengunduran dirinya. Ia menaruh satu pigura dengan foto Jinhyuk saat kelulusan sekolah menengah ke dalam kardus. Kemudian Dongwook mempersilakan Pak Joo untuk duduk di sofa.
"Kapan surat resminya keluar?" tukas Pak Joo sembari duduk di sofa.
Dongwook menghela nafas pendek. Ia melipat lagi lengan kemejanya yang sedikit turun. "Hari Senin, saya sudah resmi mengundurkan diri. Dan ketika saya bertemu dengan Pak Perdana Menteri, beliau mengatakan kalau anda tidak membutuhkan pengganti saya, Pak?"
Pak Joo mengangkat bahu dengan kaki tersilang. "Kurasa tidak perlu ada pengganti dirimu, Dongwook. Media akan semakin melebih-lebihkan situasi yang ada setelah berita pengunduran dirimu mulai tersebar nanti. Terlebih itu akan menjadi beban tersendiri bagi penerus jabatanmu nanti. Jadi, Perdana Menteri mengatakan kalau tidak perlu ada wakil menteri."
Dongwook agak tertunduk. Jelas sekali, ia bisa membayangkan bagaimana reaksi yang muncul saat Perdana Menteri mengumumkan pengunduran dirinya nanti. Terlebih juga dengan reaksi keluarganya.
Jujur, Dongwook bahkan tidak memberitahu keluarganya tentang persoalan pengunduran dari jabatannya. Dengan kasus Jinhyuk yang akan segera naik ke penyidikan dengan pemanggilan Jinwook dari pihak kepolisian. Dongwook harus bersiap untuk backlash lainnya.
"Bagaimana dengan respon putramu?"
Dongwook mengangkat kepalanya dan tersenyum agak lebih cerah. Pak Joo jelas melihat perbedaan ekspresi Dongwook yang begitu signifikan saat ia bertanya soal putranya. Dongwook benar-benar menyayangi putranya hingga dia akan rela melakukan apa saja untuk menebus kesalahannya selama ini.
"Respon putra saya? Maksudnya, soal pengunduran diri saya?"
Pak Joo mengangguk.
"Dia... Mungkin karena pembawaannya yang dari dulu selalu tenang, dia sama sekali tidak terkejut saat saya mengatakannya. Jinhyuk bilang dia tahu kalau pasti akan ada backlash dan itu akan buruk bagi pekerjaan saya dan juga citra kementerian. Jadi... ya dia hanya mengatakan kalau saya sudah yakin dengan keputusan saya untuk mundur, maka lakukan saja." Dongwook hanya tertawa kecil di akhir.
Pak Joo mengulas senyum. "Anak baik. Kapan-kapan kenalkan anakmu itu padaku. Bahkan sejak kamu menjabat sebagai wakilku, sepertinya aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. Mungkin... Dan mungkin, aku bisa mengenalkan Jinhyuk pada putriku."
Dongwook tertawa mendengar ucapan pak Joo tersebut.
"Ketika situasinya mulai tenang, mungkin saya akan mengenalkan Jinhyuk secara resmi pada anda. Tapi sayang sekali nih Pak Joo, Jinhyuk sudah punya kekasih."
*****
Jinhyuk baru saja meminum obat –setelah sarapan, tentunya– saat ponselnya berdering. Ia menaruh gelasnya ke bak cuci lalu pergi mengecek siapa yang menelepon. Ponselnya ada di kasur. Jinhyuk mengerutkan kening saat melihat nama Gaeun di layar ponsel.
Jinhyuk menghela nafas lalu menerima panggilan dari Gaeun sembari duduk di kasur.
"Kenapa Gaeun?" tanya Jinhyuk.
"Hari ini bisa ketemu gak, Jinhyuk?"
Jinhyuk menggaruk kepalanya. "Gak bisa, soalnya udah janji mau pergi sama Seungwoo abis dia selesai kuliah. Emang kenapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/216464224-288-k910173.jpg)
YOU ARE READING
The Story of...
FanfictionJinhyuk yang selalu berusaha menjadi anak baik Dan Seungwoo yang berusaha untuk memahami Sequel of PoY ***COMPLETED****