Bagian 7

389 53 13
                                        

Seungwoo mengecek ponselnya. Pukul setengah empat pagi dan dia belum tidur lagi. Ketiduran di sofa tadi tidak akan cukup, terlebih jika Seungwoo harus menyetir lagi ketika mereka pulang ke Seoul sore nanti. Seungwoo menghela nafas lalu menyimpan ponselnya ke nakas.

Sekilas, melihat pada Jinhyuk yang tertidur –semoga. Karena Seungwoo berusaha untuk tidak banyak bergerak agar Jinhyuk tidak terganggu. Seungwoo tersenyum tipis melihat Jinhyuk yang tidur dengan mulut sedikit terbuka.

Kemudian, Seungwoo mengubah posisi tubuhnya sedikit miring menghadap Jinhyuk. Ada jarak satu setengah meter di antara tempat tidur mereka. Tapi dari tempat tidurnya sendiri, Seungwoo bisa melihat naik turun nafas Jinhyuk yang teratur.

Well, setidaknya satu dari mereka beristirahat dengan baik. Dan mungkin Seungwoo bisa meminta Byungchan untuk menyetir pulang nanti.

Tiba-tiba, Jinhyuk mengubah posisi tubuhnya. Tangannya bergerak menggaruk pipinya dan kemudian matanya terbuka. Oh? Mungkinkah Jinhyuk terbangun? Tapi Seungwoo tidak membuat suara sejak tadi.

Jinhyuk mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kenapa?"

Jinhyuk lalu menoleh dan menatap Seungwoo dengan mata sayunya –terlihat masih belum bangun sepenuhnya. Tapi sepertinya Jinhyuk terbangun karena merasa Seungwoo memandanginya terlampau serius.

"Kenapa lo belum tidur?" tanya Jinhyuk lagi dengan suara seraknya.

"Sok tau. Siapa tau gue udah tidur, terus kebangun sama kayak lo?" sahut Seungwoo.

Jinhyuk mendengus. Jinhyuk jelas tahu kalau itu adalah kebohongan, lagipula suara Seungwoo tidak menunjukkan kalau dia baru saja terbangun. Ia bangun lalu meraih botol air yang tadi dibawakan oleh Seungwoo. Jinhyuk meneguk beberapa kali sebelum menutup botol tersebut dan mengembalikannya ke nakas.

"Seungwoo..." suara Jinhyuk kini terdengar normal.

Seungwoo menarik nafas panjang. "Gue udah pernah cerita belum? Kalo gue gak bisa tidur kalo bukan di kamar gue sendiri?"

Kening Jinhyuk mengernyit. Seungwoo kemudian ikut bangun. Ia mengambil bantal dan memeluk bantal empuk itu dengan erat. Seungwoo memandang Jinhyuk lekat.

"Serius, bahkan tempat tidur di kamar yang di apart itu dibawa dari rumah. Tempat tidur lama, jadi yang di rumah beli lagi yang baru. Dan setiap gue tidur di rumah, pake tempat tidur baru itu gak masalah. Tapi setiap gue tidur di tempat asing, gue gak bakal bisa tidur."

Jinhyuk semakin tidak mengerti. "Terus pas kompetisi di Singapura kemarin? Lo gimana tidurnya?"

"Gue akalin, bawa bantal sama selimut dari apart. Sempet ditanyain sih sama professor, bahkan diledek sama anggota team yang lain. Tapi mau gimana? Daripada gue gak tidur berhari-hari kan?"

"Bisa tidur?"

Seungwoo bergumam. "Bisa. Ya, lumayan dapet tidur empat sampe lima jam."

Jinhyuk mengangguk. Namun, ada sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. Jinhyuk menggigit bibir bawahnya. "Pas di rumah gue di Yeosu...? Lo gak tidur?"

Seungwoo menghela nafas lagi. "Nah, anehnya waktu itu gue bisa tidur. Gak terlalu nyenyak kayak tidur di rumah, tapi gue beneran bisa tidur. Oh ya, itu kamar siapa emangnya?"

"Kenapa?" tanya Jinhyuk bingung.

Seungwoo mengangkat bahu. "Gak tau, pas baring di kasur ngerasa ada yang familier kayak kasur di rumah."

Jinhyuk terdiam sejenak. "Itu kamar lama gue."

"Hah? Yakin?"

"Kenapa emangnya?"

The Story of...Where stories live. Discover now