Seungwoo menghampiri Jinhyuk yang tengah merapikan tas ranselnya, memasukkan semua barang dan pakaian kotor yang sudah dimasukkan ke dalam kantung plastik. Seungwoo duduk di kasur dan menatap Jinhyuk lekat.
"Kenapa? Yang lain udah pulang?" tanya Jinhyuk yang masih sibuk dengan tasnya.
Seungwoo menggeleng. "Belum. Kayaknya mereka bakal pulang setelah makan siang. Kata Seungyoun, nanti kita makan ramyeon ajah. Biar gak ngerepotin mereka beli makanan. Gak papa?"
"Engga kok," ucap Jinhyuk yang mengangkat kepalanya dan tersenyum.
Seungwoo menarik nafas. "Dan... Seungyoun bilang kita juga harus bicara."
Kening Jinhyuk mengernyit. "Tentang?"
"Lo bilang ke Seungyoun kalau kita pacaran, sedangkan kita udah sepakat untuk gak terburu-buru bahkan gak ngasih label apa-apa. Gue cuma mastiin biar kita satu pemahaman ajah, Hyuk."
Jinhyuk terdiam sejenak. Ia menaruh tas ranselnya di kasur dan memandang Seungwoo dengan lekat.
"Seungyoun minta kita buat ngasih tau yang lain juga?"
Seungwoo mengangguk. "Tapi kita harus sepakat dulu. Kalo lo gak mau, ya Seungyoun juga gak akan cerita-cerita termasuk ke Sejin. Gue juga gak mau maksa lo, Jinhyuk."
"Lo... gak mau backstreet?" gumam Jinhyuk pelan.
"Jujur? Gue gak mau nutupin hubungan kita. Gue mau pegang tangan lo di publik. Mau bisa pergi kencan. Mau bisa peluk tanpa bikin lo risih karena diliatin. Gue mau nunjukin afeksi gue ke lo dengan bebas. Tapi gue juga gak akan ngumbar-ngumbar hubungan kita. Gak serta-merta juga, gue teriak-teriak di lapangan bilang kalo kita pacaran. Tapi kalo ada orang yang nanya, kita itu apa, gue pengen jawab kalo lo adalah pacar gue. Gue gak mau nutupin lo sebagai pacar gue. Gue juga gak mau lo tutupin tentang kita. Toh, tadi lo sendiri yang bilang kalo gak perlu cari-cari alesan pas ditodong sama Seungyoun."
Jinhyuk kembali menarik nafas setelah mendengarkan pendapat Seungwoo. Ia kemudian berdiri dan berjalan mendekat pada Seungwoo yang masih duduk. Ia berhenti tepat di hadapan Seungwoo dan mengulas senyuman tipis.
Jinhyuk mengulurkan tangan menepuk pelan kepala Seungwoo, lalu sedikit merapikan surai rambut Seungwoo yang menutupi keningnya. Seungwoo sendiri mendongak untuk bisa memandang Jinhyuk. Ia bisa mencium aroma sabun yang dipakai oleh Jinhyuk. Oh, mungkin Seungwoo bisa mengganti merk sabunnya nanti.
"Gue juga sebenernya gak mau nutupin soal hubungan kita. Tapi situasi gue masih rumit, Seungwoo."
Alis Seungwoo bertaut. "Karena bokap lo? Dan masalah kebongkarnya identitas lo kemarin?"
Jinhyuk mengangguk. Ia menarik tangannya dari kepala Seungwoo.
"Sekarang publik udah tau siapa gue. Jadi, gue perlu berhati-hati supaya gak bikin masalah buat bokap. Lo mungkin akan beralasan kalo kita gak bikin salah, maka gak perlu takut. Tapi Seungwoo, masalah itu akan tetap muncul kalo pun kita gak bikin salah. Bakal ada orang yang nyari celah buat jatohin bokap."
Seungwoo terdiam untuk sejenak. Ia tahu persis apa yang dimaksud oleh Jinhyuk. Sejak Lee Dongwook terpilih sebagai wakil menteri, ada suara sumbang yang menolaknya untuk menduduki jabatan tersebut. Bahkan pernah di awal masa jabatannya, beliau diterpa rumor penyuapan agar ia bisa terpilih. Tapi karena tidak ada bukti, maka rumor itu hilang begitu saja.
Dan terkait identitas Jinhyuk, suara sumbang itu muncul lagi. Mengenai siapa Jinhyuk sebenarnya, apakah benar dia adalah anak adopsi dan bukan anak hasil di luar pernikahan Lee Dongwook dengan wanita lain sebelum pernikahannya dengan Yoo Inna.
Seungwoo tahu kalau Jinhyuk mendapatkan beban yang begitu berat. Jika dulu, ia masih bebas tanpa perlu memikirkan reputasi orang tuanya, kini Jinhyuk tidak bisa melakukannya lagi. Jinhyuk itu anak baik, dia tidak akan merusak reputasi orang tua yang sudah membesarkannya. Bahkan jika kebahagiaannya sendiri yang harus menjadi pertaruhan.
YOU ARE READING
The Story of...
FanfictionJinhyuk yang selalu berusaha menjadi anak baik Dan Seungwoo yang berusaha untuk memahami Sequel of PoY ***COMPLETED****