Bagian 30

289 40 30
                                        

"Jinhyuk, lo serius?"

Jinhyuk mengangguk. Ia menatap Daniel yang berdiri di hadapannya, lekat. Saat mengantri di kantin FH tadi, Jinhyuk bertemu dengan Daniel. Lalu, ia meminta Daniel untuk bertemu dengannya setelah makan siang. Di sinilah mereka berdua saat ini. Belakang gedung fakultas hukum yang mempunyai jalan kecil sebagai jalan pintas untuk ke gedung fakultas kedokteran.

Hanya saja, jarang orang yang melewati jalan itu, karena dulu ada kabar biasanya ada ular. Tapi toh, nyatanya petugas keamanan kampus sama sekali tidak menemukan sarang ular yang dimaksud.

Daniel menghela nafas. "Fokus gue bukan di perdata, jadi gak begitu ngerti soal masalah hak asuh ini."

"Gak papa. Setau kak Daniel ajah. Dan gue cuma minta jawaban, bisa atau engga," tutur Jinhyuk.

Daniel mengusap keningnya. Sejujurnya, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Jinhyuk. Bukan karena dia tidak tahu, tapi ia lebih mengkhawatirkan tindakan apa yang akan diambil Jinhyuk setelah mendengar jawaban darinya. Daniel tidak ingin semakin memperkeruh suasana.

Sejak pagi ini, ia mendengar begitu banyak obrolan tentang berita mengenai pengacara dari keluarga Minamoto yang mengajukan banding hak asuh Jinhyuk pada keluarga Lee. Dari isi beritanya, informasi yang diberikan begitu rapi. Bahkan sepertinya jurnalis yang menulis berita itu mendapatkan informasi yang begitu akurat, entah dari mana. Daniel bahkan sangat terkejut saat membacanya.

Lee Jinhyuk, sosok pemuda yang dihadapannya saat ini adalah keturunan langsung dari keluarga Minamoto yang begitu terkenal dari Jepang. Tapi kenapa bisa hak asuhnya malah jatuh ke tangan keluarga Lee dibandingkan keluarga Minamoto?

"Atau kak Daniel bisa tanya ke temen kakak dulu yang ambil perdata. Gue bisa nunggu kok. Lagian belum keluar juga tanggal sidangnya," ucap Jinhyuk lagi.

Daniel menghela. Ia tahu jika Jinhyuk tidak mendapatkan jawaban darinya, dia akan mencari jawaban dari orang lain. Memang sudah tabiat Jinhyuk seperti itu.

"Besok deh, ya." Daniel memutuskan, "Nanti gue tanya ke temen gue atau mungkin bisa diskusi bentar sama professor gue soal masalah yang lo bilang. Kalo udah dapet jawaban yakinnya, gue kasih tau lo."

Jinhyuk mengangguk. "Makasih ya, kak."

*****

Seungyoun mengernyit saat Jinhyuk baru masuk kelas lima menit sebelum kelas dimulai. Matanya mengikuti Jinhyuk berjalan menuju ke arahnya dan duduk di sebelah Seungyoun. Jinhyuk mengeryit melihat tatapan aneh Seungyoun.

"Kenapa?" tanya Jinhyuk pelan sembari melepaskan tas ranselnya.

Jinhyuk mengeluarkan buku modul dan sebuah pulpen lalu menaruh tas ranselnya di bawah dekat kursi.

"Lo dari mana? Katanya cuma sebentar ketemu sama kak Daniel," ujar Seungyoun.

Jinhyuk berkedip bingung. "Ya, emang cuma sebentar. Agak lama sih ngobrolnya. Lagian tadi gue jalan dari FH ke FE."

"Kalopun lo jalan, paling cuma lima belas menit," gumam Seungyoun pelan karena perhatian Jinhyuk langsung teralihkan ketika ia mengajak Yuvin yang duduk di depan mereka bicara.

Iya, jarak dari gedung hukum ke gedung ekonomi memang hanya sekitar lima belas menit jika berjalan kaki. Tapi ini sudah satu jam lebih sejak mereka selesai makan siang bersama. Bahkan kalaupun Jinhyuk mengobrol cukup lama dengan Daniel, rasanya pun tidak cukup masuk akal. Memang apa yang mereka bicarakan hingga selama itu?

Seungyoun kemudian mendengarkan pertanyaan Jinhyuk, soal dorm kampus.

"Yuvin, emang gak bisa ya kalo mahasiswa senior untuk ngambil satu kamar dorm?" tanya Jinhyuk.

The Story of...Where stories live. Discover now