Bagian 14

297 48 17
                                    

Seungwoo masih berada di dalam mobilnya yang terparkir di lapangan parkir rumah sakit. Saat melewati pintu masuk gedung rumah sakit, Seungwoo sudah tidak melihat ada reporter yang menunggu. Kebanyakan mereka berada di luar area rumah sakit. Petugas keamanan rumah sakit tidak memperbolehkan reporter mana pun untuk masuk rumah sakit. Bahkan saat Seungwoo hendak melewati portal masuk, ada petugas yang bertanya mengenai tanda pengenalnya.

Mungkin karena situasi kemarin sudah begitu kacau dan mengganggu pengunjung rumah sakit yang benar-benar ingin berobat atau sekedar mengunjungi pasien, akhirnya pihak rumah sakit melarang para reporter itu berkeliaran di depan gedung rumah sakit.

Seungwoo melepaskan seatbelt dan mematikan mesin mobil, sebelum mengambil ponselnya dan memanjat keluar. Langkah kakinya perlahan membawa Seungwoo ke gedung rumah sakit besar tersebut. Ia melewati lobby dan berjalan menuju lift terdekat.

Seungwoo sebenarnya tidak tahu apakah ia bisa melihat Jinhyuk atau tidak. Tapi sejak Seungyoun memberi kabar kalau Jinhyuk sudah keluar dari ruang ICU dan dipindahkan ke VIP, tanpa sadar Seungwoo langsung mengambil kunci mobilnya dan menyetir ke rumah sakit.

Iya, terkadang Seungwoo tahu kalau dia sering-kali berbuat impulsive jika berkaitan dengan Jinhyuk. Rasanya dulu, ia selalu memikirkan beribu kali tiap kali mengambil tindakan.

Seungwoo menghela nafas panjang. Kini ia sudah berada di depan lift dan menekan tombol. Namun, ia begitu terkejut saat pintu lift terbuka, Seungwoo malah bertemu dengan paman Yeon Jun dan seorang pria paruh baya.

Yeon Jun tersenyum saat melihat Seungwoo. Pria itu menyuruh Seungwoo untuk ikut masuk ke lift bersama mereka.

"Ingin menjenguk Jinhyuk?" tanya Yeon Jun.

Seungwoo menoleh pada paman Yeon Jun yang berdiri di sebelah kanan pria paruh baya –sedangkan Seungwoo berdiri di sisi sebelah kiri– dan mengangguk. Walaupun di ujung matanya, ia melirik pria tersebut.

"Iya, Paman."

Pria yang berada di tengah mereka berdeham pelan.

"Teman Jinhyuk?"

Yeon Jun tersenyum tipis. "Benar, tuan. Teman kampus Jinhyuk."

Seungwoo mengerjapkan mata beberapa-kali saat mendengarkan percakapan singkat dalam bahasa jepang tersebut. Sepertinya pria paruh baya ini adalah Minamoto Rei. Paman Jinhyuk dari keluarga mendiang Bunda. Yeon Jun melirik Seungwoo yang sepertinya sudah menyadari hal tersebut.

Tapi Yeon Jun pikir, dia harus memperkenalkan mereka secara resmi.

"Seungwoo, kenalan. Beliau adalah Tuan Minamoto Rei. Paman Jinhyuk. Dan Tuan, pemuda itu adalah Han Seungwoo....

Teman baik Jinhyuk."

*****

Kondisi jantung Jinhyuk sebenarnya sudah cukup mengkhawatirkan. Saya mendengar penjelasan dari dokter Kang kalau Jinhyuk tidak ingin melakukan operasi lagi dan lebih memilih untuk meminum obat. Jujur, obat-obatan pun tidak akan selamanya membantu.

Pada akhirnya, Jinhyuk akan membutuhkan jantung baru. Atau kita hanya tinggal menunggu waktu.

Inna masih duduk di bangku deret di lorong rumah sakit setelah dari ruangan dokter Baek. Tubuhnya terasa begitu lemas setelah mengetahui kondisi Jinhyuk. Putra sulungnya selama ini menutupi kondisi kesehatannya baik dari Inna maupun Dongwook.

Kini rasanya semua masuk akal bagi Inna.

Kenapa Jinhyuk yang selalu pergi sendirian untuk check-up. Jinhyuk yang terkadang membatasi makannya. Bahkan dengan jumlah obat yang semakin banyak yang harus dikonsumsi Jinhyuk setiap hari. Atau Jinhyuk yang keluar dari klub fencing. Atau yang kemudian akhirnya menyerah dan memilih FE dan mengundurkan diri dari KLE. Semata-mata karena kondisinya sudah tidak akan kuat untuk menjalani seluruh jadwal kegiatannya selama di kampus jika Jinhyuk tetap memaksakan diri untuk tetap kuliah di dua jurusan tersebut.

The Story of...Where stories live. Discover now