Bagian 38

257 35 11
                                    

Inna mendongak ketika pintu ruang terapi terbuka setelah satu jam menunggu. Namun, bukannya Jinhyuk, yang keluar adalah dokter Jang. Inna sontak berdiri ketika dokter tersebut menghampiri beliau. Dokter Jang tersenyum dan membungkuk memberi salam. Inna membalas salamnya dengan canggung.

"Senang bisa bertemu dengan anda, Nyonya Yoo. Saya dokter Jang Ryun, psikiatri putra anda."

Inna mengangguk. "Senang bisa bertemu dengan anda juga, dokter. Bagaimana kondisi Jinhyuk..?" tanyanya sembari melirik ke arah ruang terapi.

"Ah, Jinhyuk butuh waktu. Sesi terapi kali ini sepertinya cukup berat baginya," tutur dokter Jang.

Inna terkesiap. Dokter Jang tersenyum.

"Jangan terlalu khawatir, Nyonya Yoo. Ini adalah hal biasa. Lagipula sepertinya Jinhyuk mengalami minggu yang begitu berat baginya," ujar sang dokter.

Inna menundukan kepala dengan sendu. Ia tahu persis apa yang dilalui Jinhyuk selama sepekan kemarin. Itu sebabnya, selama menunggu Inna merasa begitu cemas. Selama bertahun-tahun, Jinhyuk selalu menutupi kesulitan yang ia hadapi, tapi sekarang Jinhyuk harus 'dipaksa' terbuka pada seorang dokter –orang asing.

Dokter Jang memperhatikan ekspresi Inna dan ia berempati.

Kemudian dokter Jang mengajak Inna kembali duduk di deret kursi tunggu sembari Jinhyuk merasa tenang dan keluar dari ruang terapi.

"Nyonya Yoo, boleh saya bertanya? Saya tahu dari media kalau Jinhyuk adalah anak adopsi anda dengan Tuan Lee," ucap dokter Jang –walaupun sebenarnya Jang Ryun jauh lebih tahu mengenai fakta sesungguhnya dibandingkan apa yang beredar di meja.

Inna meremas kedua tangannya dengan gugup.

"Bagaimana kondisi Jinhyuk saat pertama-kali dia datang ke rumah anda?"

*****

Seungwoo berlari keluar dari gedung dan melihat mobil yang terparkir dengan sosok wanita paruh baya. Dengan mengatur nafasnya, Seungwoo berjalan menghampiri wanita paruh baya tersebut. Jujur, Seungwoo merasa terkejut ketika ia mendapatkan telepon dan memintanya untuk turun menjemput Jinhyuk.

"Malam, tante..." sapa Seungwoo.

Yang berdiri dihadapan Seungwoo saat ini adalah Tante Inna yang tersenyum padanya. Sekilas, Seungwoo melihat sosok Jinhyuk yang terlelap di dalam mobil.

Tante Inna tersenyum pada Seungwoo. "Seungwoo, Tante boleh titip Jinhyuk?"

Mata Seungwoo melebar terkejut. "Eh? Titip Jinhyuk? Tapi... Memang Jinhyuk kenapa Tante?"

"Jinhyuk cuma butuh istirahat, tapi sepertinya lebih baik dia istirahat sama kamu."

Seungwoo semakin tidak mengerti dengan maksud dari Tante Inna. Dan lagipula, sepertinya Jinhyuk dan Tante Inna baru pergi ke suatu tempat berdua. Selain itu, dari mana Tante Inna tahu alamat apartment Seungwoo? Rasanya Jinhyuk tidak mungkin memberitahu.

"Jinhyuk udah makan malam dan minum obat kok. Kamu cuma harus mastiin Jinhyuk istirahat dengan nyaman untuk malam ini. Besok Tante bakal jemput Jinhyuk lagi," ujar Tante Inna lagi.

Seungwoo mengangguk walaupun dia masih tidak yakin. Tante Inna tersenyum. Kemudian beliau membuka pintu mobil dan Seungwoo bisa melihat Jinhyuk yang tidur dengan nyaman. Tante Inna mengusap pipi Jinhyuk lembut.

"Kakak...? Bangun, yuk."

Jinhyuk mengerutkan kening lalu membuka mata perlahan. Ia mengerjapkan mata beberapa-kali sampai kesadarannya pulih. Tante Inna masih mengusap pipi Jinhyuk dengan penuh kasih sayang.

The Story of...Where stories live. Discover now