Bagian 53

205 32 30
                                    

Jinhyuk menghentikan langkahnya saat ia melihat dua unit mobil yang begitu ia kenali. Kendaraan yang tidak mungkin terparkir di dekat gedung flatnya, tapi memang Jinhyuk bisa berbuat apa.

Kembali ia berjalan memasuki area gedung dan memberi salam pada petugas keamanan yang berjaga. Dengan berusaha untuk tetap tenang, Jinhyuk menaiki anak tangga sampai ke lantai dua di mana ia melihat Paman Jinwook dan Paman Yoo Jung tengah menunggunya tepat di depan pintu kamarnya.

Entah darimana keduanya bisa mengetahui flat yang ditinggali Jinhyuk saat ini.

Jinhyuk menghampiri keduanya lalu membungkuk memberi salam sopan. Dan tanpa diperintah, Jinhyuk membukakan pintu dan mempersilakan kedua pamannya tersebut masuk terlebih dahulu. Jinhyuk mendesah pelan ketika Paman Jinwook dan Paman Jung bahkan tidak melepaskan sepatu mereka.

"Om Jinwook sama Om Yoo Jung ingin minum sesuatu?"

Jinhyuk berusaha bersikap layaknya tuan rumah yang ramah. Kedua pria tersebut mengabaikan tawaran Jinhyuk dan sibuk memperhatikan tiap detail kamar Jinhyuk yang kecil.

Jung mendapati dua pigura yang disandingkan bersisian. Satu pigura adalah foto keluarga yang diambil bulan Januari lalu, lainnya adalah foto kecil Jinhyuk bersama mendiang sang Bunda. Pria itu kemudian mendengus lalu menoleh pada Jinhyuk yang sepertinya menjaga jarak dengan mereka.

"Keliatannya kamu udah nyaman tinggal di sini," tutur Jung.

Jinhyuk hanya mengedikkan bahu. "Cukup nyaman kok, Om. Dan lebih deket juga ke kampusnya."

Giliran Jinwook yang mendengus mendengar jawaban Jinhyuk. Pemuda itu melirik sekilas pada adik sang ayah yang sepertinya tengah memperhatikan tumpukan buku kuliahnya. Di sana juga ada beberapa buku KLE yang hendak ia berikan pada Hangyul nanti.

"Om berdua mau ngomong sesuatu sama Jinhyuk?"

Jinwook yang tengah membuka satu buku dari tumpukan buku tersebut, sontak menoleh pada Jinhyuk dan mengembalikan buku itu ke tumpukannya. Oh, Jinhyuk mungkin perlu membeli rak kecil untuk menyimpan semua buku-buku tersebut. Yoo Jung sendiri kini tengah menduduki kasur Jinhyuk.

"Kak Inna pasti udah ngasih tau kamu, kan," tutur Jinwook.

Jinhyuk hanya mengerjapkan mata. Ya, ia tahu persis alasan dibalik kedua pamannya itu datang ke sini. Lagipula, pemuda itu paham kalau Jinwook dan Yoo Jung tidak akan mau datang menemui Jinhyuk jika bukan untuk sesuatu yang mengancam keduanya.

"Om, mau apa dari Jinhyuk?"

Yoo Jung tersenyum sinis. Perlu ia akui, pemuda di hadapannya itu cukup pintar untuk membaca situasi dan bagaimana ia menempatkan diri. Jika tidak, mungkin sudah dari bertahun lalu, Jinhyuk akan meninggalkan rumah.

"Gak ada," tukas Jinwook.

Jinhyuk terkejut. Kedua pamannya datang menemuinya dan tidak menginginkan apa pun? Rasanya sulit dipercaya. Tapi Jinhyuk tahu kalau keduanya serius dengan 'gak ada' tersebut.

"Saya gak akan minta apa pun dari kamu. Bahkan kalau pun, kabar tentang penyelidikan kasus yang dilaporkan oleh ayah kamu itu, tercium oleh publik, saya rasa kamu sudah paham apa yang akan terjadi nantinya. Dan, kami gak perlu minta apa-apa lagi dari kamu."

Jinhyuk menggigit pipi bagian dalam mulutnya.

Yoo Jung menghela nafas lalu berdiri dari kasur Jinhyuk. Tanpa mengatakan apa pun atau bahkan menatap Jinhyuk, Yoo Jung keluar dari kamar itu terlebih dahulu. Meninggalkan Jinwook yang masih memandangi Jinhyuk dengan begitu serius.

Dan, selalu! Jika Jinwook sudah memandanginya begitu, Jinhyuk akan kembali seperti ia berusia delapan tahun. Kembali ketika ia berada di sebuah acara formal dan untuk pertama-kali diperkenalkan sebagai anak dari Lee Dongwook dan Yoo Inna. Hari di mana Jinhyuk mengalami serangan jantung untuk pertama-kalinya.

The Story of...Where stories live. Discover now