Bagian 35

364 37 36
                                    

Jinhyuk melepaskan sepatunya di foyer apartment Seungwoo. Setelah bicara dengan Daniel, Jinhyuk menepati janjinya untuk bicara dengan Seungwoo. Tapi Seungwoo malah membawa Jinhyuk ke apartmentnya untuk bicara dibanding mencari tempat yang cukup private di kampus.

Kemudian, Jinhyuk berjalan masuk. Di belakangnya, Seungwoo hanya diam mengikuti Jinhyuk sampai ke ruang tengah.

"Mau minum sesuatu, Hyuk?" tanya Seungwoo.

Jinhyuk berbalik dan melepaskan tas ranselnya. "Air ajah, Woo," ujarnya sembari menaruh tasnya di sofa.

Seungwoo mengangguk dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ia bahkan belum melepaskan tas ranselnya. Jinhyuk sendiri membuka pintu balkon dan membiarkan angin menyapa wajahnya. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk mengecek waktu. Masih ada sekitar satu jam sebelum supir menjemputnya.

Seungwoo yang kembali dengan membawa segelas air menatap punggung Jinhyuk yang berdiri di sofa. Ia melepaskan tas ranselnya terlebih dulu sebelum menghampiri sang kekasih.

"Jinhyuk, minumnya."

Jinhyuk menoleh dan menerima gelas tersebut. "Makasih."

Seungwoo mengangguk dan berdiri dengan canggung. Setelah kesalahan yang dibuatnya semalam di rumah sakit, Seungwoo tidak tahu bagaimana ia harus meminta maaf pada Jinhyuk.

Jinhyuk memperhatikan gerak-gerik Seungwoo saat ia meneguk air yang dibawakan oleh pemuda itu. Ia menyeka sisa air di bibirnya dengan punggung tangan. Jinhyuk kemudian menimang gelas mug yang isinya tinggal sedikit.

"Jadi, mau ngomong apa?" tanya Jinhyuk pelan.

Punggungnya bersandar pada railing pagar balkon. Angin yang berhembus membuat rambutnya sedikit berantakan. Dengan cahaya matahari yang tidak terlalu terik, pemandangan sosok Jinhyuk dihadapan Seungwoo saat ini terlihat begitu cantik.

Seungwoo menelan salivanya. Tenggorokannya sontak terasa begitu kering. Ia lalu mengambil gelas mug dari tangan Jinhyuk dan menghabiskan isinya. Begitu gelas mug kosong, Seungwoo melempar mug tersebut ke sofa. Beruntung, mug itu tidak berguling jatuh dan pecah.

Tapi tindakan Seungwoo tadi malah membuat Jinhyuk semakin bingung.

"Seungwoo? Lo mau ngomong apa?"

Well, ini adalah momentnya. Seungwoo harus bersikap layaknya seorang pemberani atau menjadi pengecut selamanya.

"Maaf," ucap Seungwoo cepat. "Soal kemarin malam di rumah sakit. Bukan maksud gue buat nolak ciuman lo. Gue cuma kaget karena kita lagi di ruang publik dan ada orang tua lo."

Jinhyuk memandang Seungwoo lekat. Nyatanya memang bukan hanya persoalan keluarga saja yang harus ia selesaikan, tapi juga mengenai hubungannya dengan Seungwoo. Mereka baru mengenal dalam hitungan bulan. Jinhyuk yang terbilang sulit terbuka dengan orang lain, bisa dengan mudah menerima kehadiran Seungwoo tanpa banyak pertanyaan.

Sebenarnya, mereka masihlah terbilang seperti orang asing. Ditambah dengan tabiat Jinhyuk. Ada begitu banyak ruang untuk kesalah-pahaman dalam hubungan mereka.

"Jinhyuk, maaf."

Jinhyuk mendesah pelan. Lalu ia mengulurkan tangannya untuk menarik tubuh Seungwoo dan merengkuhnya ke dalam dekapan. Dua lengan kekar Seungwoo memeluk pinggang Jinhyuk dan ia membenamkan wajahnya di bahu Jinhyuk –menghirup aroma natural tubuh kekasihnya.

"It's okay," gumam Jinhyuk pelan tepat di telinga Seungwoo. Tangan kirinya perlahan mengusap belakang kepala Seungwoo sementara tangan kanannya memeluk punggung lebar sang pemuda.

"Gue mungkin juga salah karena nyium lo tiba-tiba dan tanpa consent dari lo. Jadi, gue paham kok kalo lo kaget dan reaksi lo begitu. Makanya kemarin gue langsung minta maaf."

The Story of...Where stories live. Discover now