Bagian 50

217 36 16
                                    

Jinhyuk baru hendak melepaskan seatbelt sedangkan Jinwoo sudah turun dari mobil Seungwoo sembari berseru kalau dia sudah kebelet untuk buang air. Kini, di mobil yang terparkir di depan rumah, hanya tinggal Jinhyuk dan Seungwoo yang diliputi kesunyian.

Jinhyuk melepaskan seatbelt dan menatap Seungwoo dengan canggung.

"Makasih ya, buat hari ini. Hati-hati nyetir pulangnya," ucap Jinhyuk pelan.

Seungwoo tidak mengatakan apapun. Bahkan, dia tidak memandang pada Jinhyuk. Hanya ada anggukan kepala. Jinhyuk kemudian membuka pintu dan keluar dari mobil tersebut.

Sebenarnya ada hal lain yang ingin Jinhyuk katakan pada Seungwoo. Soal pertengkaran mereka, yang bahkan sebenarnya tidak bisa disebut sebagai pertengkaran. Tapi Jinhyuk pikir, mereka sama-sama butuh waktu untuk mendinginkan kepala. Jadi, Jinhyuk tetap bungkam dan menutup pintu.

Seungwoo kemudian melajukan mobilnya begitu saja.

Jinhyuk menghela nafas lalu berjalan masuk untuk menemui Mama, untuk berpamitan.

*****

Jinhyuk mengerutkan kening melihat sebuah tas besar berisi beberapa kotak banchan. Mama menjelaskan satu per satu isi kotak tersebut.

"Gak perlu dimakan semua, ya kak. Ini bisa tahan sampe dua minggu. Tapi kalo menurut kamu rasanya udah gak enak, dibuang ajah ya. Nanti kamu malah sakit. Oh ya, udah beli bumbu-bumbu dapur kan? Kalo bisa, setiap mau makan bikin sup hangat ya kak. Jangan sering makan ramyeon. Mama juga udah masukin sebotol madu sama sebotol yuzu. Kalo kamu gak enak badan, diminum pake air hangat ya. Satu sendok ajah cukup kok. Apalagi ya..."

Jinhyuk mendesah pelan. "Mama...! Aku ngerti kok. Tapi Mama gak perlu repot kayak gini. Lagian kan, aku udah..."

Ucapan Jinhyuk terhenti. Mama sendiri pun paham apa yang ingin dikatakan oleh sang putra. Jinhyuk menatap Mama lalu mengulas senyum tipis. Kemudian ia berjalan mendekat untuk memeluk wanita tersebut dengan erat.

"Makasih, ya, Ma," ucap Jinhyuk pelan.

Mama hanya mengangguk dan membalas pelukan Jinhyuk dengan erat. Seolah enggan untuk melepaskan. Tapi Jinhyuk harus pulang. Kembali ke kamar flatnya sendiri.

Jinhyuk melepaskan pelukan tersebut dan meraih tas besar tersebut. "Aku pulang, ya."

"Bilang sama Seungwoo buat hati-hati nyetirnya, ya. Lagian kenapa gak disuruh masuk dulu sih, kak?"

Jinhyuk tersenyum lirih. Mama tidak tahu kalau Seungwoo sudah pulang duluan dan tidak perlu tahu.

"Nanti kalo diajak masuk, pasti bakal lama lagi. Kasian dia juga kan? Udah nyetir seharian. Seungwoo kan butuh istirahat juga."

Mama mengalah. "Mama masih boleh ngehubungin kamu kan, kak? Sekedar tanya lewat pesan? Kamu bakal bales pesan Mama kan?"

"Iya, aku pasti bales. Aku pulang, ya. Nanti keburu malem."

*****

Seungsik mengerutkan kening ketika Seungwoo kembali dengan wajah kusut.

"Seungwoo? Lo kenapa? Kok kusut banget?" tanya Seungsik.

Tapi Seungwoo tidak menjawab dan langsung masuk ke kamarnya. Roommate-nya itu bahkan menutup pintu kamar dengan kasar. Moodnya buruk sekali. Padahal tadi pagi, Seungwoo pergi dengan mood yang bagus.

Seungsik yang tengah mengerjakan tugasnya di ruang tengah hanya bisa menghela nafas panjang.

"Hahh... dia berantem sama siapa lagi coba?"

The Story of...Where stories live. Discover now