Seungwoo memperhatikan Jinhyuk yang seperti tengah bicara di hadapan makam sang bunda. Setelah sarapan, mereka langsung pergi ke area pemakaman. Toh, sebenarnya waktu Jinhyuk untuk diperbolehkan keluar dari rumah sakit hanya dua puluh empat jam, maka dari itu mereka harus bergerak cepat.
Dan seperti biasa, sebelum pergi ke pemakaman, Jinhyuk minta untuk berhenti di salah satu toko bunga untuk membeli bunga matahari –kali ini satu bucket.
Dengan jarak hampir lima puluh meter, Seungwoo menunggu Jinhyuk bersama Tante Inna, Jinwoo, Paman Yeon Jun dan Tuan Minamoto Rei –oh, Seungwoo tidak terbiasa memanggil sang chairman MiMo Group dengan sebutan paman seperti perkataan Paman Yeon Jun.
Hampir lima belas menit mereka menunggu, sampai Jinhyuk menoleh dan memanggil Jinwoo untuk mendekat. Remaja itu langsung berlari ke arah Jinhyuk.
Dengan gestur lembut, Jinhyuk mengusap bahu Jinwoo dan seperti tengah mengenalkan Jinwoo pada Bunda. Tak lama, Jinwoo kembali untuk menarik Tante Inna. Oh, sepertinya Jinhyuk berniat mengenalkan semua orang yang ikut bersamanya pada Bunda.
Begitu selesai, mereka bertiga berjalan mendekat. Jinhyuk lalu menatap pada Tuan Minamoto Rei dan Paman Yeon Jun.
"Paman boleh nemuin Bunda."
Hanya sebuah kalimat dari Jinhyuk. Tuan Minamoto Rei diikuti oleh Paman Yeon Jun lalu berjalan menuju nisan mendiang Minamoto Ran. Jinhyuk hanya terdiam begitu melihat sosok tegap Tuan Minamoto Rei akhirnya bersimpuh di depan nisan sang adik.
"Sayang..." ucap Tante Inna lembut pada Jinhyuk. "Mama sama Jinwoo tunggu di mobil, ya."
Jinhyuk mengangguk. Tante Inna tersenyum sembari mengusap kepala Jinhyuk sebelum menggandeng tangan Jinwoo untuk meninggalkan blok pemakaman tersebut. Kini hanya Seungwoo dan Jinhyuk.
Jinhyuk yang berdiri di samping Seungwoo, kemudian menyelipkan tangannya di antara jemari hangat Seungwoo. Dibalas dengan tautan yang lebih erat dari Seungwoo.
"Seungwoo..." bisik Jinhyuk pelan.
Seungwoo menoleh pada Jinhyuk yang masih menatap lurus pada sosok Tuan Minamoto Rei. "Ya, Jinhyuk?"
"Apapun yang bakal terjadi setelah kita balik ke Seoul, lo gak bakal ninggalin gue kan?"
"Engga!" jawab Seungwoo dengan tegas. "Tentu ajah, engga. Gila kali gue kalo ninggalin lo."
Jinhyuk tersenyum. Cukup puas dengan jawaban dari Seungwoo. Kemudian ia menarik Seungwoo untuk bergantian berkenalan dengan Bunda setelah Tuan Minamoto Rei dan Paman Yeon Jun selesai.
*****
Dari pemakaman, Jinhyuk tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dengan Seungwoo. Ia seolah tidak mempedulikan tatapan dari Mama dan Tuan Minamoto Rei. Sedangkan reaksi Paman Yeon Jun sendiri hanya mengulas senyuman kecil. Sedikit berbeda dengan Jinwoo yang bertanya. Namun, Jinhyuk dengan cepat mengalihkannya dengan cara ikut mengenggam tangan Jinwoo.
Jika saat pergi, Jinhyuk duduk bersebelahan dengan Jinwoo. Sekarang Jinhyuk duduk di sebelah Seungwoo. Masih dengan tautan tangan mereka yang tidak pernah terlepas. Oh pernah beberapa kali dilepas, tapi tidak lebih dari satu menit.
Seungwoo paham alasan Jinhyuk tidak ingin melepaskan genggaman tangan mereka. Terlepas dari Tante Inna yang sudah tahu tentang hubungan mereka –bahkan Paman Yeon Jun dan Tuan Minamoto juga– Seungwoo tahu kalau Jinhyuk merasa gugup dan takut.
Entah apa yang dipikirkan oleh Jinhyuk sejak obrolan mereka semalam. Tapi yang terpenting, saat ini yang Jinhyuk butuhkan sebuah afirmasi dari Seungwoo kalau Seungwoo tidak akan pergi ke mana-mana.

YOU ARE READING
The Story of...
FanfictionJinhyuk yang selalu berusaha menjadi anak baik Dan Seungwoo yang berusaha untuk memahami Sequel of PoY ***COMPLETED****