Bagian 33

247 34 12
                                    

Mama menarik tirai dan menutupi sekeliling bed yang ditempati oleh Jinhyuk setelah Seungwoo pamit keluar untuk menerima panggilan telepon. Jinhyuk mengernyit tak mengerti dengan tindakan Mama, tapi dia membiarkan beliau. Begitu sekeliling bed sudah tertutup rapat oleh tirai, Mama kembali duduk di bed.

Beliau memandang Jinhyuk dengan serius.

"Kenapa, Ma?" tanya Jinhyuk bingung.

Mama meraih satu tangan Jinhyuk yang baik-baik saja, mengusap punggungnya lalu meremas jemarinya lembut. "Kakak mau jujur kan, sama Mama?"

Jinhyuk mengerjapkan mata beberapa kali. "Jujur soal apa, Ma?"

"Saat Mama ganti sprei tempat tidur kamu sore ini, Mama gak sengaja ngeliat tumpukan kertas di meja belajar kamu. Mama minta maaf karena gak sengaja ngecek barang pribadi kamu, tapi kertas itu tercecer di atas meja kamu."

Jinhyuk terdiam. Ia berusaha mengingat apakah ia lupa menyembunyikan semua kertas-kertas corat-coret keuangannya. Mungkin Jinhyuk memang lupa, apalagi pagi ini dia buru-buru pergi ke kampus. Tapi ia tidak menyangka kalau Mama akan masuk ke kamarnya untuk mengganti sprei dan malah menemukan kertas-kertas itu.

Mama meremas jemari Jinhyuk. "Sayang, jujur, ya? Mama gak bakal marah kok."

Jinhyuk menghela nafas pendek. Mungkin tidak ada gunanya menutupi jika Mama sudah melihatnya. Pantas saja, Mama menutup tirai di sekitar bed. Selain itu, suara Mama juga sengaja dipelankan padahal ER sedang begitu ramai. Mungkin untuk menghindari orang lain mendengar percakapan mereka.

"Mama mau tanya apa?" gumam Jinhyuk pelan.

"Kamu lagi cari kamar flat, iya kan? Kenapa?"

Jinhyuk menarik nafas. Ia hanya perlu memberikan alasan yang masuk akal.

"Cuma pengen efisiensi waktu ajah, Ma. Kemungkinan semester ini, walaupun mata kuliahnya ngga banyak tapi tugas aku bakal menumpuk. Aku juga bakal lebih sering ke perpus. Jadi, aku cuma gak pengen ngabisin waktu lama di jalan. Seharian di kampus bikin aku males nyetir dan lama-lama di jalan karena macet. Jadi, aku mikir buat cari kamar dorm atau flat kecil deket kampus."

Mama terlihat bisa mengerti dengan alasan yang diberikan oleh Jinhyuk. Tapi masih ada rasa penasaran yang mengganjal.

"Tapi kenapa kamu gak bilang? Kenapa kamu harus ngurus itu sendiri? Dan untuk uang sewanya, kenapa kamu mau pakai uang sendiri, kak?"

"Aku nggak mau ngerepotin Mama sama Papa. Jadi, aku urus sendiri dulu. Setelah ketemu sama yang cocok, baru aku bilang. Dan soal uang sewa, selama ini Mama dan Papa selalu kasih uang bulanan yang cukup kok. Jadi, aku pikir buat bayar sewa bisa nyisihin dari uang bulanan aku," jelas Jinhyuk.

Mama menghela. "Kalau kamu mau cari kamar flat sendiri, gak papa. Tapi kalo masalah uang sewanya, nanti tiap bulan Mama akan tambah ke uang bulanan kamu, ya kak."

Mata Jinhyuk mengerjap beberapa-kali. "Mama ngijinin aku tinggal di flat?"

"Kalau itu kemauan kamu, kak. Mama selalu bilang kan, kalo kamu mau sesuatu, kamu tinggal bilang. Dengan alasan yang masuk akal, Mama gak akan pernah larang, sayang. Tapi Mama juga perlu lihat kamar flat yang kamu sewa, ya. Walaupun sebenernya, Mama pengen kamu cari apartment yang agak besar dibandingkan kamar flat."

"Ma...!"

Mama tersenyum. "Iya, Mama ikut kemauan kamu. Dan selain soal kamar flat itu...."

Oh, mungkin pada akhirnya Mama tahu soal terapi itu. Di dalam kertas itu juga, Jinhyuk menuliskan perencanaan hitung untuk pembayaran biaya terapinya setiap minggu. Rasanya mustahil jika Mama hanya terfokus ada masalah sewa flat saja, sedangkan Jinhyuk cukup detail menuliskan list pengeluaran setiap bulannya.

The Story of...Where stories live. Discover now