Bagian 24

260 41 36
                                    

Kembali, aku mengingatkan kalau cerita TSo ini sedikit dark dengan berbagai tw seperti bagian sebelumnya. Harap dibaca pelan pelan dan please be wise ya..

*****

Seungwoo mengernyit ketika ia menerima panggilan dari Seungyoun. Tapi yang lebih membuat terkejut, ketika ia mendapati Seungyoun tengah bersumpah-serapah padanya. Bahkan Seungwoo belum mengucapkan sepatah-kata, Seungyoun terus mengucapkan kata-kata memaki lalu memutus sambungan telepon begitu saja.

Seungwoo benar-benar tidak mengerti. Jadi, ia kembali menghubungi Seungyoun dan beruntung sepertinya Seungyoun sudah merasa lega.

"Sorry, Woo."

Seungwoo menggumam. "Gak papa. Lo lagi stress ngurus mahasiswa baru? Mereka bikin masalah apa?"

"Bukan soal mahasiswa baru. Lagian gue cuma jadi panitia cabutan. Gak ngurus mereka juga, cuma sekedar bantu-bantu ajah."

Seungwoo mengangguk. Ia kemudian berjalan menuju jendela kamarnya dan membukanya untuk membiarkan udara musim semi memasuki kamarnya yang akan kembali ditinggal karena Seungwoo akan kembali ke apartment dalam dua hari.

"Terus lo kenapa? Baru kali ini gue denger lo maki-maki begitu," tanya Seungwoo.

"Bukan apa-apa. Sorry ya, gue ngelampiasinnya ke lo. Nomor kontak lo ada paling atas soalnya."

Lalu terdengar kekehan Seungyoun. Seungwoo mendengus. Ia duduk di windowsill dan menatap langit yang biru cerah.

"Iyaa.. Untungnya nama gue, ya? Coba kalo Sejin. Udah diputusin kali lo. Kalo Wooseok atau Byungchan, mungkin lo digas balik sama mereka. Dan syukur juga bukan Jinhyuk."

Seungyoun hanya bergumam pelan.

"Yaudah, Woo. Gue mesti balik nih nanti dicarin nyonya besar. Sorry ya buat yang tadi."

Seungwoo tertawa kecil. Nyonya besar yang dimaksud Seungyoun pasti Sejeong. "Yoo, santai ajah, Youn."

Kemudian sambungan teleponnya terputus. Seungwoo menggeleng kecil lalu kembali melanjutkan packing.

*****

Jinhyuk memasukkan kotak besar yang berisi album foto dan lainnya yang diberikan Paman Yeon Jun ke dalam koper lamanya. Kini koper lama itu dipenuhi dengan barang-barang pribadi Jinhyuk. Hidup selama dua puluh empat tahun, seluruh kehidupannya ada di dalam koper tersebut. Sedikit ironis memang.

Dengan kamarnya yang luas sekarang, Jinhyuk tidak pernah merasa kalau semua ini adalah miliknya. Hanya satu koper yang tersimpan di lemari penyimpanan yang selalu berdebu jika Jinhyuk lupa membersihkannya.

Kemudian Jinhyuk melirik kotak kaleng yang berisi surat-surat milik Bunda-nya. Ia bersandar pada tempat tidur dan membukanya. Jinhyuk mengambil satu surat dari tumpukan tersebut. Dengan berhati-hati, Jinhyuk mengeluarkan surat itu dari amplop yang sudah terlihat kusam.


Dear Jun...

Ini surat yang ke- entah sudah keberapa. Aku lupa hitungannya. Bagaimana kabar di Osaka? Semua baik-baik saja, kan?

Terakhir dari balasan suratmu, kamu akan kembali ke Seoul? Kapan

Mungkin kita bisa bertemu. Sekalian, kamu bisa bertemu secara langsung dengan Jinhyuk.

Jun..

Aku akan bercerai dengan Dongwook. Ini sudah keputusan kami. Demi Jinhyuk. Surat perceraiannya sudah kutanda-tangani dan mungkin dalam sebulan, prosesnya akan selesai.

The Story of...Where stories live. Discover now