55.MAAF...
"Semua orang pasti bisa membenci, tapi harus dengan alasan dan kebenaran"
-Qhillastika Ardean Marisha-
***
"Hah" Dean pun langsung menoleh kebelakang.
"Pake, gue anterin pulang"
"Kak Alva"
Alva hanya tersenyum sekilas, lalu ia berjalan mendahului Dean yang sedang kalut dalam kebingungan.
"Woi"
Dean pun tersadar darii lamunan nya, "eh iya"
"Gue anterin pulang, denger ngak" Ucap Alva yang sudah ada di atas motornya.
Dean pun berjalan mendekati nya dengan ragu.
"Makasih"
"Belum juga sampe, naik"
Dean naik keatas motor nya, dan Alva pun menjalankan menuju rumah Dean.
Di perjalanan Alva hanya diam, ia sama sekali tidak membuka omongan apa pun dengan nya.
Di dalam hati, Dean merasa sedih karena perubahan Alva yang sampai sejauh ini, tapi dia juga senang karena Alva masih cukup peduli dengan nya.
Sesampainya di rumah Dean, ia pun turun.
"Makasih banyak" Ucap Dean.
"Hmm, jaket nya bawa lo aja"
"Hah, tapi-"
"Daah, gue pulang dulu" Alva pun menutup kaca helm nya.
"Kak" Melihat hal itu Dean menggengam tangan Alva tiba tiba.
"Apa" Jawab nya tanpa melirik bahkan membuka kaca helm.
"Kakak marah sama aku"
"Ngak"
"Kenapa kak Alva secuek ini"
"Gue lagi ngak mood"
"Apa aku ngak bisa jadi sahabat yang membuat mood kak Alva jadi baik lagi kaya dulu" Tanya Dean dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Dean, ini dah malam ngak baik di luar, mending lo masuk, gue juga mau pulang" Jawab Alva tidak suka.
"Kak..."
"Dean please masuk, ini dah malam, ngak baik perempuan di luar malam malam kek gini, masuk ntar lo sakit" Alva pun mengingat kan nya lagi, karena gerimis kecil mulai turun.
"Kak, please maafin aku"
"Yan, please lupain itu semua, sekarang kita fokus aja sama sekolah, please jangan bahas itu lagi, sekarang lo masuk, gue capek mau pulang" Tanpa peduli Dean, Alva pun menjalankan motor nya meninggal kan Dean yang masih diam diri di depan rumah nya.
"Kenapa sih, kak Alva semarah itu sama aku" Gumam Dean.
Hujan tiba tiba turun dengan lebat nya. Dean masih tetap tidak mau masuk kedalam rumah.
Dia membiarkan tubuh nya terguyur hujan tanpa peduli kesehatan nya.
"KAK ALVA MAAFIN AKUU..." Teriak Dean di dalam derasnya hujan.
Tangisan Dean pecah bersama aliran hujan yang membasahi tubuh nya.
"Kak Alva, kapan kita bisa kaya dulu lagi, aku rindu sama senyum kak Alva" Rintih Dean.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVA [REVISI]
Novela JuvenilSejak saat kejadian itu, nama mu selalu terukir di kepala ku, membuat semua tertuju pada satu nama yaitu nama mu -Qhillastika Ardean Marisha- Perubahan itu pasti ada, entah kapan akan berawal itu pasti ada di dalam hidup kita -Alva Arrayan- ...