34.Tangisan Dalam kebahagiaan

18 8 1
                                    

*Dengerin juga lagu nya ya, biar ada kesan nya, hehehe...

('Human-Christina Perri')

•••••

34.TANGISAN DALAM KEBAHAGIAAN

"Keberanian akan terkumpul, jika penantian sudah tak berkesempatan"

-Qhillastika Ardean Marisha-

***

Hari selasa, Dean berjalan ke kelas dengan memakai kaos olahraga.

Sesampainya di kelas Dean langsung menaruh tas dan keluar menuju taman kelas nya. Ia mengambil air dan menyirami tanaman.

Saat sedang menyirami, Dean melihat Alva yang baru saja berangkat.

Tiba tiba hatinya terdesir saat ia menatapnya.

"Semua sudah hancur, dan kini aku tinggal nunggu dia tersenyum bahagia menerima bukti pendidikan nya nanti"  Batin Dean.

Ujian terakhir kelas sembilan sudah di laksanakan pada hari senin kemaren hingga hari kamis. Dan kini kelas sembilan masih aktif berangkat karena sekilas untuk mendapat info, itu saja tidak lama, mereka akan pulang pada pukul sembilan pagi.

Dean merasa semua yang ia ingin kan hancur karena waktu sudah tidak bisa di ulang lagi. Dia memilih untuk bersikap biasa ke Alva mulai detik itu.

Tapi entah kenapa, kali ini dia merasa masalah itu tumbuh kembali di benak nya.

Setelah selesai menyirami, Dean berjalan ke kedalam kelas lalu duduk di tempatnya.

Dean terdiam, saat ia mengingat masa lalunya.

"Ngak kerasa hampir setahun berlalu dan aku masih tetap seperti dulu, diam dan hanya berharap" Gumam Dean sendu.

Dia selalu berharap ia memiliki keberanian untuk menyatakan suatu hal dengan nya, tapi itu semua percuma karena Dean tetap saja tidak bisa membangkitkan nya.

"Jika waktu bisa di putar ulang, aku ingin mengulangi hari itu dan mencoba menghindari nya, atau mungkin akan berusaha mengungkapkan nya, walau aku tau apa yang akan dia katakan" Dean pun menyesal.

Sebelum akhirnya kalut dalam kesedihan Dean buru buru menghilang pemikiran itu.

"Menyesal pun sudah tidak berarti lagi" Dean pun bangkit dan berjalan keluar kelas.

***

Acara apel pagi telah selesai seluruh siswa di persilakan masuk ke kelas dan menunggu guru mapel.

Berhubung kelas Dean jam olah raga, jadi dia bebas menunggu guru nya di luar kelas.

Saat berjalan ke lapangan Dean melihat kelas sembilan sedang mendapat pengarahan dari kepala sekolah.

"Kaya nya ini terakhir kali nya deh kita lihat kelas sembilan berangkat bareng kaya gini" Ujar Fita sembari menatap ke arah lapangan.

"Gue bakal kangen berat sama mereka" Ujar Salma sedih.

Dean masih setia menatap ke arah lapangan, ada rasa tak rela muncul di hati nya.

"Dah jangan sedih besok juga masih ada beberapa yang berangkat kok" Sahut Hisyel.

"Iya tapi kan ngak kaya gini pasti sebagaian doang, buktinya mereka udah salaman perpisahan sama guru tuh" Salma pun menunjuk ke arah lapangan.

"Gue bakal rindu sama angkatan meraka" Sela Riana.

DEVA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang