Alhamdulillah. Risa sangat lega karena telah selesai tes ulang di siang hari ini. Untung saja ia masih mengingat materi-materi yang telah dipelajarinya selama ini. Meskipun, ada rasa sedikit kecewa saat mendapatkan informasi lembar jawaban Risa tidak ditemukan. Akan tetapi, ia masih harus bersyukur karena diberi kesempatan untuk mengikuti tes kembali. Tandanya masih ada kesempatan namanya tercantum menjadi "calon penerima beasiswa ke Mesir." Memikirkan semua itu entah kenapa membuatnya jadi tersenyum sendiri. Ia sangat sadar bahwa mimpinya terlalu tinggi, tapi tidak ada salahnya, bukan?
Bermimpi itu tidak ada salahnya karena semua memang berawal dari mimpi. Bisa dibayangkan bila semua orang tidak memiliki mimpi, pasti tidak memiliki bayangan mau ke depan seperti apa, mau menjadi apa, atau ingin melakukan hal apa. Semua orang dibebaskan untuk bermimpi, asal kearah yang baik. Akan tetapi, bila bermimpi saja tanpa usaha, percuma saja, bukan?
Contoh sederhananya seperti ini. Kita mau makan, tapi diam saja tanpa ada usaha untuk mencari. Kalau seperti itu apa yang kita dapatkan? Mungkin hanya rasa lapar yang tak berkesudahan.
Membicarakan tentang mimpi, entah kenapa membuat Risa jadi bersemangat. Mungkin bila dia tidak memiliki mimpi, sampai saat ini Risa hanya terdiam di tempat tanpa tujuan yang jelas.
Saking asiknya bergelut dengan pikiran sendiri, membuat Risa tak sadar telah sampai di parkiran. Dia bersyukur telah diperbolehkan mama untuk membawa sepeda motor lagi. Entah kenapa ada rasa kenyamanan tersendiri saat bisa pergi kemanapun tanpa merepotkan orang lain untuk sekedar mengantar jemput.
"Mau pulang?"
Risa seketika terlonjak saat sebuah suara bariton memasuki indra Pendengarannya. Gimana tidak kaget, bahwasannya parkiran ini sangat sepi dariawal dia menginjakkan kaki di sini.
"Maaf, anti kaget ya?"
Deg
Deg
Deg
Tidak cukup suara tadi mengangetkannya, sekarang dia dibuat deg-degan saat Azzam telah berada beberapa meter dari Posisinya saat ini. Pria itu baru saja turun dari motor, seperti baru datang.
"Astaghfirullah, Zam. Kirain siapa loh," ujar Risa masih mengelus dadanya. Terkadang dia tak habis pikir suka kagetan seperti ini. Mungkin efek suka bergelut dengan pemikiran sendiri sampai tak sadar dengan keadaan sekitar.
"Baru selesai tes?" tanya Azzam sambil menggantungkan helm nya di kaca spion.
"Iya, Zam," ujar Risa sedikit canggung. Bagaimanapun Risa tetap Risa yang selalu kikuk bila berbicara berdua seperti ini dengan Azzam. Ada rasa malu yang menghinggapinya.
Azzam hanya bisa terkekeh saat raut kikuk Risa yang ketara jelas. Perempuan ini memang tidak berubah, masih sama seperti dulu.
"Kamu ngapain ke sini?" tanya Risa bingung.
"Ada urusan penting," ujar Azzam.
"Pasti masih terkait kasus aku ya?" tanya Risa, "maaf ya jadi repot-"
"Udah tanggung jawab ana, Ris. Berhenti ngerasa nggak enak gitu, santai aja," ujar Azzam, "ah iya. Ana masuk dulu ya."
"Iya," ujar Risa seiring dengan kepergian Azzam menuju gedung itu. Risa tidak mau kepedean dengan semua sikap Azzam kepadanya. Mungkin saja dia hanya menjalankan amanat mamanya agar terus membantu dan menjaga Risa.
Drt....
Drt...
From Tiar
Ris!! Cepet ke rumah Dinda sekarang!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...