Part 5

2K 146 37
                                        

"Hufttt.." entah sudah yang keberapa kalinya Risa menghembuskan napas lelah. Dia sangat pusing menatap deretan angka yang tidak dimengertinya sama sekali. Matematika. Pelajaran yang paling dia benci dan hindari, tapi bagaimanapun juga pelajaran tersebut wajib ada disetiap tingkatan pendidikan.

Ini semua karena
kehendak orangtuanya yang menyuruh mengambil jurusan IPA. Kalau saja bisa memilih dia mending masuk jurusan IPS. Setidaknya tidak perlu sering bertemu MTK dan semua hal yang berhubungan hitung-menghitung.

Akan tetapi dijurusan IPA ini setiap harinya pasti harus hitung - menghitung. Entah ngitung sin cos tangen lah, ketinggian pohon lah atau nyari nomor massa atom. Yang menurut Risa tidak ada manfaatnya sama sekali. Memang itu semua dipake saat lulus nanti.

Kalau saja Dinda masuk hari ini, dia bisa bekerja sama dengan Dinda. Akan tetapi cewek berambut sebahu itu malah asik liburan, kan jadinya Risa harus ngerjain tugas yang harusnya dikerjain berdua sama teman sebangku.

"Yailah.. MTK kapan musnahnya sih??" frustasinya sambil menelungkupkan wajahnya dengan kedua tangannya.

"Bicara apa kamu?"

Tubuh Risa seketika menegang saat mendengar suara yang berat dan dingin itu. Dia sedikit meringis, melihat guru di samping mejanya.

"Sejak kapan nih guru ada di sini," batinnya.

"Eh ada Pak Budiman yang baik hati dan tidak sombong," sapanya sambil tersenyum kikuk.

Guru yang bernama Budiman itu menatap Risa jengkel, "Panggil Pak Iman aja, kamu ini tidak ada sopan Santunnya sama sekali."

"Hehe.. itu panggilan sayang Pak namanya," canda Risa.

Guru itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah salah satu siswinya.

"Itu buku kamu kenapa masih kosong?" tanyanya saat melihat buku tulis Risa yang masih kosong tanpa coretan sedikitpun.

Risa menatap nanar buku tulisnya yang masih kosong, "buku tulisnya masih suci dan bersih Pak, saya ga tega nodainnya," jawabnya.

"Banyak alesan kamu, cepat maju ke depan. kerjakan soal yang di papan tulis!!" perintah guru itu.

Melihat kilatan petir di mata Pak Iman yang seperti kilatan petir di boboiboy galaksi, Risa dengan pasrah maju ke depan.

Sudah sekitar lima menit Risa hanya diam menatap papan tulis itu tanpa berniat menjawab soal satu pun.

"Kenapa diam aja? ayo kerjakan," perintah Pak Budiman.

"Hehe.. Saya ga ngerti Pak."

"Dasar kamu ini, padahal ini pelajaran SMP." Ujar guru itu tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan buku - buku tugas Matematika yang dikerjakan murid - muridnya tadi.

Hingga tiba - tiba saja matanya menatap setiap sudut kelas ini.

"Di kelas ini yang bernama Ananda Aldifa, yang mana?" tanya guru itu.

Seorang perempuan yang duduk di kursi paling belakang mengacungkan tangannya tinggi - tinggi, "saya Pak."

"Coba kamu bantu temanmu yang di depan ini!!" perintahnya sambil melirik Risa yang masih sibuk menatap papan tulis itu dengan dahi mengkerut.

Perempuan itu dengan langkah kakinya yang jenjang segera menuju ke depan kelas.

"Ekhemm.."

Mendengar ada yang berdeham Risa segera mencari asal suara itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat seorang perempuan yang ditabraknya kemarin, "Lu.."

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang