Hal yang ditunggu-tunggu akhirnya datang yaitu saat UAS telah usai dan tinggal menunggu hasil ujian. Teman-teman di kelas Risa sudah sibuk membuat planing saat liburan semester kali ini. Berbeda sekali dengan Risa yang masih sibuk berkutat dengan buku di bangkunya.
Dia harus bisa lebih memanfaatkan waktunya kali ini. Tidak ada membuang-buang waktu dengan bercerita ini itu, berkumpul tidak jelas, dan sebagainya. Kegiatan yang harus Risa lakukan belajar, belajar, dan belajar.
UAS usai menandakan ujian untuk tes ke Mesir akan dilakukan seminggu lagi. Oleh karena itu, dia harus bisa belajar lebih giat lagi dari sebelumnya. Untuk seminggu ini Risa harus fokus dengan ujiannya.
"Woi serius amat!"
Risa seketika tersentak saat ada yang mengejutkannya. Bibirnya mengerucut saat seorang siswi dengan rambut berkuncir kuda itu baru saja duduk tepat di sampingnya.
"Kebiasaan ih ngagetin aku mulu," ujar Risa, "kalau aku jantungan gimana? Kamu mau sahabat kesayanganmu ini jantungan?"
Dinda hanya memutar bola mata malas mendengar penuturan ngaco sahabatnya ini. "Lebay banget deh, Ris."
"IIh Dinda nggak tahu apa, nenek di samping rumahku meninggal tahu gara-gara jantungan karena dikagetin sama cucunya," ujar Ananda yang duduk di belakang Risa.
Risa segera memutar badannya untuk berhadapan dengan Ananda. "Ih serius, An?"
Ananda mengangguk mantap dengan sorot mata penuh keyakinan akan kebenaran ucapannya
"Ya wajarlah nenek-nenek dikagetin jantungan, itu kan faktor usia. Lu kira Risa ini nenek-nenek apa dikagetin dikit doang jantungan," ujar Dinda.
"Bingung ih mana yang bener," ujar Risa. Udah jelas kepalanya sudah pusing berkutat dengan latihan soal-soal tes ke Mesir nanti. Sekarang dibuat pusing mengenai kaget yang dapat menyebabkan jantungan atau enggak. Sudahlah Risa tidak mau terlalu memikirkan hal yang tidak jelas ini. Lebih baik dia keluar sekarang karena bel baru saja berbunyi.
"Eh keluar yuk!!" ajak Dinda yang seakan mengerti keinginan Risa untuk keluar.
"Yuk!!" ujar Risa dengan semangat. Risa segera mengecek jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 11.50. Pas sekali dengan target yang ia buat.
"Loh Ris, ngapain bawa mukena?" tanya Dinda bingung. "Lu nggak niat shalat di kantin, kan?"
Mendengar pertanyaan ngaco Dinda membuat Risa menggeleng pelan. Benar-benar sekali sahabatnya ini, mana mungkin mau shalat di kantin.
"Ya aku mau shalat di masjid, Din. Yakali di kantin, ada-ada aja," ujar Risa.
"Azan masih 15 menit lagi, Ris," ujar Ananda yang diangguki oleh Dinda.
"Ya bagus dong, kita jadi bisa shalat sunnah dulu nanti," ujar Risa.
"Yailah Ris, shalat wajib juga udah cukup lah. Mending lu makan dulu di kantin, waktu zuhur juga lama," ujar Dinda.
"Enggak mau, Din. Aku mau ke masjid sekarang aja," ujar Risa. "Mending kamu ikut aja, yuk. Waktu makan siang juga masih lama," ajak Risa sambil berniat menarik tangan Dinda.
"Enggak mau," tolak Dinda, "gua lagi halangan."
"Kok kamu halangan mulu sih, Din. Dari kemarin diajak shalat alasannya halangan mulu," ujar Ananda bingung.
Dinda memutar bola mata malas. Kalau sudah begini keadaannya, dia jadi tidak mood lagi. Lebih baik segera ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan." Udahlah gua laper mau ke kantin. Lu shalat duluan aja, Ris."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
EspiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...