Part 23

1.2K 102 25
                                    

Gelas yang dinding kacanya sudah berembun itu, menandakan sang pemilik gelas yang berisi jus mangga itu sudah cukup lama terdiam. Entah kenapa Risa merasakan sesuatu yang mengganjal saat teman -temannya itu menatapnya penuh penasaran.

"Aku mau pulang." Risa bangkit dari kursinya dan hal yang sama seperti sebelumnya terjadi, Risa terduduk lagi saat kedua gadis yang duduk di sebelah kanan dan kirinya menahan kedua lengannya.

"Lu ga bakal bisa pulang sebelum ngejelasin apa yang terjadi." Seorang cowok yang biasa bertingkah tengil itu seketika berubah serius saat mengetahui sepupunya ada di sebuah restauran sahabatnya dengan pakaian dan celemek khas restauran ini.

"Rio aku kerja di sini. Apa yang salah?" nada suara Risa terdengar melemah saat melihat pancaran mata Rio yang seperti meminta penjelasan yang lebih.

Risa sangat tahu bahwa teman - temannya terlebih Rio sebagai sepupu Risa tidak menyangka dengan tingkah Risa yang melakukan dan menghadapi semua hal sendiri, padahal mereka sangat panik saat Risa tidak masuk sekolah tanpa keterangan, terlebih saat di rumah dan di rumah sakit tidak ada.

"Lu nganggap kita apa Ris?" tanya Dinda, "kalau ada masalah lu bisa cerita, mungkin kita bisa bantu." Dinda segera mengenggam kedua tangan Risa yang tergeletak di atas meja.

Risa segera menarik tangannya, dia menatap ketiga sahabatnya satu persatu, hingga kemudian melirik Rio yang terduduk di depannya. "Udah malam aku pergi, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam," jawab keempat remaja itu serempak tanpa menghalangi langkah Risa yang kian menjauh dari restauran tersebut.

Seiring langkah Risa yang semakin menjauh, gadis itu hanya bisa merapalkan kata maaf atas tindakannya yang seakan mengabaikan teman - temannya. Sungguh Risa sadar bahwa selama ini selalu merepotkan mereka semua. Untuk saat ini Risa mungkin akan menjaga jarak dan fokus untuk bekerja keras demi adik dan mamanya.

Mungkin ini yang terbaik

Mengingat tentang pekerjaan tanpa sadar sudut bibir Risa tertarik ke atas. Selesai bekerja tadi Risa mendapatkan upah sekaligus tip dari beberapa pengunjung restauran. Entah kenapa ada suatu kebahagian tersendiri saat memperoleh uang dengan kerja kerasnya sendiri.

Risa segera melirik jam di pergelangan tangannya, yang ternyata sudah menunjukkan pukul 07.00 PM. Dengan langkah tergesa Risa segera menuju motor maticnya yang masih terpakir rapi.

Akan tetapi pandangannya sedikit menyipit saat ada dua pria asing yang sedang duduk manis di motornya.

Apakah mereka maling

Pemikiran itu seketika melintas dibenak Risa, sedikit berlari kecil Risa segera menghampiri kedua pria itu. Akan tetapi, belum sempat Risa mengeluarkan suaranya, pria - pria itu sudah mendeteksi keberadaannya terlebih dahulu.

Tubuh Risa seketika menegang saat kedua pria itu mendekat dengan senyum yang sangat mengeringkan, apalagi tato -tato yang menghiasi sebagian lengan mereka.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga," ujar pria dengan jahitan yang kelihatan membekas di dagunya.

"Serahin duit lu!!" pintanya dengan mata yang menajam.

"Jangan mendekat!!" Pekik Risa sambil memundurkan langkahnya.

"Lama!!!" Pria itu segera mendekat ke arah Risa dan merampas tas ransel itu.

Tidak mau menyerah Risa segera merebut ranselnya. Risa mengeluarkan seluruh kekuatannya. Tapi apa daya, tubuh mungilnya seketika terhempas dan jatuh. Entah apa yang terjadi, yang jelas Risa butuh bantuan di parkiran belakang ini yang sangat sepi.

Dengan kekuatannya Risa segera bangkit, apalagi pria - pria itu mulai menyalakan mesin motor Risa dengan kunci yang tadinya di dalam ransel.

"Kembaliin!!" Risa dengan nekat berdiri di hadapan motor yang akan dijalani itu.

"Oh cari mati ya lu!!"

BRAKK....

Tanpa rasa kemanusiannya pria itu segera mengas motornya, hal tersebut membuat Risa terjatuh hingga kemudian membentur sebuah batu.

"To..lo..ng," lirihnya dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya.

***
"Kenapa bisa gini?" tanya Azzam kepada kedua remaja itu.

Dinda hanya bisa menghembuskan napas lelah, "gua juga ga tau, tadi Risa ditemuin udah pingsan dengan kepala yang bocor." Sungguh Dinda sendiri juga bingung apa yang terjadi pada Risa.

"Risa dirampok Zam, motor sama barang - barangnya ga ada," ujar Rio sambil mengusap kasar wajahnya.

Citt..

Decitan pintu yang bergesakan dengan lantai itu menjadi tanda seiring dengan pintu ruang operasi yang terbuka. Keringat sebiji jagung itu tampak menghiasi wajah dokter tersebut.

"Dok gimana keadaan sepupu saya??" Tanya Rio.

"Operasi berhasil."

Raut kelegaan tampak terpancar dari ketiga remaja itu, apalagi bersamaan dengan itu muncul seorang gadis remaja bersama dengan wanita dewasa.

"Rio gimana keadaan Risa??" Panik Ibu Risa sambil mengguncang lengan keponakannya itu.

"Operasi berhasil Bun, gimana keadaan Rama?" Jawab Rio dengan wajah yang sudah lebih tenang dari yang tadi.

"Alhamduliah Rama juga udah sadar dan kondisinya semakin membaik." Raut wajah bahagia tampak terpancar dari wanita yang sudah berkepala empat itu. Kantung mata terlihat jelas di wajahnya yang tidak semuda dulu.

"Risa kenapa bisa begini?" Tanya Bunda Risa mengingat hal yang terjadi oleh putrinya.

"Saya sudah menelpon polisi untuk menyelidikinya Bu," jawab Azzam yang membuat Ibu Risa sedikit menarik sudut bibirnya.

"Mantu yang baik," balas Ibu Risa sambil tersenyum.

"Njayy.."

"Mantu??"

Kaget Rio dan Dinda secara bersamaan.

"Bisa aja Bu." Azzam hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Ibu Risa.

"Yaudah yuk jenguk Risa," ajak Dinda.

"Ibu ngurus administrasi dulu," jawab Ibu Risa teringat biaya untuk putrinya itu.

"Ehh tenang dah dibayarin calon mantu tuh Bu." Dinda hanya bisa terkikik melirik Azzam, hingga kemudian berlalu mengikuti Rio untuk melihat Risa.

Mendengar itu Ibu Risa hanya bisa tersenyum, "terima kasih nak Azzam, nanti Ibu ganti."

"Eh iya Bu," jawab Azzam kikuk.

"JANGAN MENDEKAT!!!"

Pekikan itu membuat Azzam beserta Ibu Risa kaget, hingga kemudian mereka memasuki ruang rawat Risa.

Tepat beberapa meter dari Azzak berdiri, terdapat Dinda dan Rio yang bergerak makin mundur.

"Risa kenapa?" tanya Ibu Risa.

"Mama." Air mata Risa seketika menetes saat melihat Mamanya.

"Ma mereka siapa?" tanya Risa.

"Ris ini mama. Itu teman - teman kamu." Wanita itu segera memeluk putrinya.

Bersamaan dengan itu seorang dokter memasuki ruangan.

"Seperti dugaan saya, Risa mengalami hilang ingatan."

28 - 02 - 2018

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang