Part 19

1.4K 109 31
                                    

Ingat, bahwa semua yang bernyawa pasti akan merasakan, saat kehidupannya di dunia ini telah usai.

***
Risa hanya bisa meringis saat melihat adiknya tengah bertanding dengan cowok sepantarannya yang berasal dari sekolah lain. Rasanya dia mau narik Rama aja, supaya ga ikut pertandingan ini. Apalagi mata Risa sedikit berkaca - kaca saat melihat dengan matanya sendiri dan tepat beberapa meter darinya Rama ditendang. Mungkin Risa terlihat sangat lebay, tapi sungguh walau Risa suka kesal dengan Rama, tetap tidak tega juga adiknya kena pukulan atau tendangan.

Risa terus memperhatikan Rama yang terus membalas serangan lawannya, hingga beberapa saat kemudian terdengar bahwa pertandingan final ini selesai.

Risa masih bingung menatap Rama yang masih berdiri dengan napas memburu dan lawannya yang sudah tidak kuat berdiri, hingga beberapa saat kemudian wasit mengacungnkan tangan Rama ke atas, dan pekikan yang heboh menggema di gor ini.

Bersamaan dengan itu Risa segera menghampiri Rama yang baru keluar dari arena tanding.

"Astaghfirullah, adik kecil kakak ga papa, kan!!" Panik Risa sambil memeluk Rama yang ternyata tinggi Risa hanya sepundaknya saja.

Sedangkan Rama hanya memutar bola matanya malas saat melihat tingkah kakaknya yang berlebihan. "Adik kecil apaan, orang kecilan lu," dumel Rama.

Risa segera melepas pelukannya, dia menatap Rama dalam - dalam hingga kemudian Risa sedikit berjinjit dan mencubit kedua pipi Rama. "Aaaa.. adik Kakak udah jadi jagoan ya," gemas Risa.

Rama yang merasa kakaknya sedikit aneh langsung menempelkan punggung tangannya pada dahi Risa. "Ga panas kok."

"Ehh.. mau kemana," kaget Risa saat Rama menarik tangannya.

Tanpa menjawab ucapan kakaknya, Rama segera menarik Risa hingga akhirnya berhenti dihadapan orang yang sedaritadi dicarinya. Rama segera berpelukan ala cowok dengan orang itu.

"Makasih Kak Azzam," balas Rama atas ucapan selamat orang yang selalu mendukung Rama.

"Oh iya kak, kenalin ini--"

"Adrisa Resyafa, gua udah kenal."

Sedangkan Risa hanya menunduk, sungguh dunia sempit sekali. Kenapa dia harus bertemu dengan Azzam lagi, sungguh Risa sangat malas meski dalam hati kecilnya ada sedikit rasa yang sulit dijelaskan.

"Kita satu sekolah Ram," ujar Risa saat melihat tatapan bingung Rama.

Risa yang merasa dicueki oleh Rama karena bocah itu sudah sibuk dengan teman - temannya yang mengucapkan selamat, langsung meninggalkan tempat itu. Lebih baik Risa mengelilingi gor ini.

Langkahnya terhenti saat melihat sekumpulan cowok yang asik duduk di bangku penonton, dia baru menyadari bahwa gor ini didominasi kaum laki - laki.

Keringat dingin mulai membajirinya seiring langkahnya yang ternyata diperhatikan beberapa cowok sepantarannya itu, siulan demi siulan di dapatkannya. Sungguh Risa tidak suka, mungkin keberadaannya di sini menarik perhatian di sekitarnya karena memang hanya dia yang memakai pakaian panjang dan longgar seperti ini.

Hingga tiba - tiba Risa merasakan ada seseorang di sampingnya hingga godaan demi godaan dari laki - laki berandalan tadi tidak terdengar.

Entah kenapa Risa tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Azzam yang sedang menatap tajam sekumpulan laki - laki tadi, sungguh Risa merasa....... terlindungi?

Hingga beberapa saat kemudian Azzam menolehkan pandangannya ke samping juga, hal tersebut membuat Risa membelalakan matanya kaget karena posisi mereka sangat dekattt..

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang