Part 59

259 28 0
                                    

Begini rasanya melihat orang yang kita cintai terluka akibat diri kita sendiri. Jujur, sesak kali melihatnya terluka seperti itu.

***

Risa hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali saat kumpulan cahaya memasuki indra penglihatannya. Kepalanya begitu pusing saat membuka matanya pertama kali.

Saat ini dia disambut oleh sebuah tempat yang begitu sempit dengan pencahayaan yang minim dari fentilasi ruangan ini. Berbagai macam kardus dari yang besar sampai yang kecil bertumpuk-tumpuk di sampingnya sekarang.

Badan Risa begitu nyeri saat ini. Kaki dan tangannya diikat kencang entah oleh siapa. Sehingga ia tidak dapat bergerak sama sekali.

Saat nyawanya benar-benar terkumpul, memorinya berputar mengenai kejadian yang dia alami semalam. Bayangan dirinya saat dihadang oleh dua lelaki yang tak dikenalnya itu membuatnya tersadar saat ini apa yang sedang terjadi.

Apa saat ini dirinya sedang diculik? Tapi apa maksud orang itu menculik dia di sini? Risa merasa tidak punya apapun untuk membuat orang itu untung.

Apa dirinya akan bernasib malang seperti berita yang pernah tayang di televisi. Seorang remaja yang diculik untuk diambil organnya, setelah itu organnya dijual?

Risa menggeleng cepat membayangkan kejadian menyeramkan seperti itu. Sungguh dia masih ingin hidup dan mengejar semua impiannya. Membahagiakan kedua orangtuanya.

Padahal ia keluar semalam berniat untuk menolong Dinda. Bagaimana keadaan Dinda saat ini? dia tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini.

Cit....

Suara decitan pintu itu membuat Risa mengalihkan pandangannya kepada sumber suara. Seorang pria dengan hodie yang melekat di badannya dan sebuah topi yang menutupi sebagian mukanya mendekati Risa saat ini. Risa terus memfokuskan penglihatannya untuk mengenali siapa orang itu. Hingga akhirnya, matanya membulat sempurna saat pria itu membuka topinya.

"Riko," lirih Risa.

"Gimana permainan kita saat ini? Mengasikan bukan?" tanyanya dengan senyum licik. "Well, lu bodoh!" decihnya.

Risa segera memutar semua kejadian yang terjadi. Mulai dari Dinda yang menelponnya malam-malam, hingg akhirnya ia diculik dua orang pria yang tak dikenalnya. Sekarang ada Riko dihadapannya. Jangan bilang ini semua memang sudah sengaja direncanakan?

"Jangan bilang ini emang ---"

"Ya lu bener. Semua ini emang sengaja direncanain buat gadis bodoh kayak lu," potong Riko.

Risa benar-benar tak menyangka dengan semua ini. Dia pikir Dinda benar-benar tulus semalam. Dia benar-benar teramat kecewa saat ini.

Riko segera mendekati Risa untuk kemudian sedikit berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Risa. Dia memerhatikan setiap jengkel wajah itu.

Risa yang diperhatikan sedekat itu segera membuang mukanya ke samping. "Bisa kamu jauhin wajahmu dariku?" tanyanya. Pria ini benar - benar keterlaluan. Apa maksudnya mendekati Risa seperti ini.

"Lu kalau diliat-liat cantik juga," ujarnya terkekeh untuk kemudian menjauhkan wajahnya dari Risa.

"Jaga omongan kamu," ujar Risa, "berani kamu macem-macem sama aku, aku bakalan teriak."

Riko hanya tertawa meremehkan. "Teriak aja, lagipula nggak akan ada yang sudi ke tempat kayak gini!"

"Apa mau kamu sekarang?!!" Risa benar-benar sudah muak sekarang.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang