Ruangan yang didomonasi warna putih gading itu menjadi pemandangan pertama saat Risa memasuki ruang kepala sekolah. Matanya menatap kagum setiap sudut ruangan tersebut. Akan tetapi kekaguman itu seketika lenyap saat menyadari tujuan kedatangannya ke sini.
"Kenapa diam di situ? sini menghadap saya," perintah sebuah suara bariton.
Dengan malas Risa segera duduk di sebuah kursi coklat tua.
"Kamu tau kesalahanmu, Adrisa Resyafa?" tanyanya.
"Telat Pak."
"Ada lagi?"
"Ya kalau dipikir-pikir kesalahan saya banyak. Namanya juga manusia Pak, pasti tempat salah dan lupa. Lagipula Bapak nggak usah repot-repot tanyain salah saya, udah ada malaikat raqib atid yang stay di samping saya. Terus juga--"
"Diam kamu!!"
Mendengar ucapan guru di hadapannya, membuat dia bungkam seketika. "Bukan itu maksud saya. Saya kasih tau kesalahan kamu. Yang pertama, seperti yang kamu bilang tadi, kamu telat," ujarnya sambil mencatat sesuatu di sebuah buku, "yang kedua, kamu membuat keributan dan pergi gitu saja saat pembukaan MPLS tadi, mengerti?"
Dengan malas Risa segera menganggukan kepalanya. Udah tau kesalahan aku, ngapain nanya lagi.
Kepala sekolah itu segera memberikan lembaran kertas kepadanya.
Dengan bingung Risa segera mengambilnya. Dia sedikit menggaruk kepalanya yang sangat gatal, mungkin gara-gara belum keramas seminggu.
"Kenapa kamu diam aja?"
Dia mengelus dada dan mencoba bersabar. "Tadi nyuruh saya diam, yaudah saya diam."
Kepala sekolah itu segera memijat dahinya yang mengkerut. "Saya pusing sama kamu, kembali ke kelas."
Dengan mata yang berbinar, dia segera bangkit dari kursinya. Rasanya sangat gerah berada di sini dengan tatapan kepala sekolah yang mengintimidasi. Akan tetapi dia segera membalikkan badan saat menyadari kertas yang di pegangnya. "Ini apa Pak?"
"Ya kertas lah," jawabnya.
"Sabar Ris sabar,"batinnya.
"Oh kertas ya Pak, saya kira apaan," balasnya dan segera keluar dari ruangan itu.
"Dasar aneh," gumam Kepala Sekolah sambil memijit keningnya yang tiba - tiba saja terasa pusing.
Dorrr...
"Ayam kucing jatoh kecebur got," latahnya sambil memegang dadanya.
"Rio!!" teriak Risa sambil memelototkan mata kepada cowok di depannya yang sedang tersenyum geli.
"Latah lu makin panjang ya," ujar Rio sambil menggelengkan kepalanya.
"Ckk... lu ngapain di sini dah?" tanya Risa yang segera berjalan di samping Rio.
"Ya nungguin sepupu tercinta dong."
Risa segera memutar bola matanya malas mendengar ucapan Rio. Sepupu? sebenarnya dia malas mengakuinya.
"Eh lu jauh-jauh dari gua!!" usir Risa sambil mendorong-dorong Rio agar menjauh.
"Masih mending gua tungguin, ehh... malah diusir."
"Siapa juga yang mau ditungguin lu. Udah dah gua ke kelas duluan. Bye," ujarnya dan melangkah cepat di depan Rio.
"Dasar Gadir," umpat Rio sambil melihat Risa yang semakin menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...