Di sebuah rumah yang lumayan besar dengan Barang-barang yang begitu mewah terlihat seorang gadis sedang termenung di gazebo rumahnya. Matanya sembab akibat telah menangis selama sejam. Kejadian beberapa jam yang melukai hatinya.
Brakkk...
Dari gazebo ini matanya melirik pintu rumah yang ditutup secara kasar oleh seorang lelaki paruh baya. Untuk kemudian pergi bersama mobil sport nya. Beberapa menit kemudian, keluar seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang amat mewah bersamaan dengan lelaki muda yang datang dengan mobil untuk Menjemputnya.
"Cabut nyawa gua ya Tuhan," lirihnya.
Broken home. Dua kata itu yang dia alami selama bertahan-tahun. Keluarganya kacau. Kedua orangtuanya sibuk bekerja dan mencari kebahagian masing-masing. Ayah nya mempunyai keluarga baru di sana, ibu nya hampir setiap hari berselingkuh dengan berondong di luar sana. Jujur dia capek melihat semua ini. Untuk apa kemewahan yang ada jika hanya membuat hatinya tidak tenang. Efek menikah karena bisnis bukan atas dasar Cinta beginilah nasib keluarganya saat ini. Akan tetapi kalau mereka tidak cinta, kenapa dia harus ada dan dilahirkan?
Hingga kemudian dia sadar akan suatu hal. Percuma dia mengasihi kehidupannya seperti ini. Dia harus bisa mencari kebahagian. Salah satunya dengan cara menghancurkan kebahagian orang lain. Sebab dengan begitu dia jadi bahagia. Apalagi menghancurkan hidup temannya yang sok alim itu.
***
Hari ini Risa berencana untuk berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum. Motor Risa dibawa Rama karena adiknya itu ada keperluan mendadak. Tapi tak apa, hari masih pukul 06.00 dan tidak akan telat ke sekolah naik angkutan umum.
"Risa!"
Risa segera tersenyum simpul saat melihat siapa yang memanggilnya. Langkah kecilnya segera menghampiri orang itu yang sedang menyiram bunga.
"Assalamualaikum, Ma," salam Risa.
"Wa'alaikumussalam cantik. Pagi-pagi udah mau ke sekolah aja. Motornya mana?"
"Di pakai Rama, Ma," jawab Risa dengan senyum yang tak lepas.
"Bareng Azzam aja kalau begitu, dia belum berangkat kok."
Mendengar tawaran itu membuat Risa melebarkan matanya. Dia segera menggeleng kepala cepat. "Enggak usah, Ma. Aku bisa naik angkot kok," jawabnya.
"Bareng Azzam aja sekalian. Kalian kan satu sekolah juga." Tante Fifi masih terus memaksa.
Tiba-tiba saja seorang lelaki dengan perawakan tinggi datang dengan helm yang dia tenteng.
"Zam bareng Risa sana," suruh mamanya, "dia nggak mau masa bareng kamu. Kamu masih nakal kayak dulu ya sampai Risa takut sama kamu?"
Mendengar itu membuat Azzam seketika tertawa. Sungguh mama nya masih mengingat tingkah Azzam dahulu. Dia memang berteman baik dengan Risa saat kecil, tapi terkadang dia suka jahil dengan Risa sampai gadis itu menangis.
"Azzam nggak nakal lagi kok Tan," jawab Risa, "cuma itu, Ma..." Risa sedikit gugup mengatakannya. Haduh entah kenapa dia jadi selinglung ini.
"Cuma apa?" tanya tante Fifi.
"Enggak bisa bareng naik motor," ujar Risa sambil melirik moge Azzam di depan rumah. Cukup sekali dia pernah naik motor itu karena keadaan terdesak waktu itu. Sekarang masih cukup waktunya untuk ke sekolah naik angkot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...